Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Festival Eksotika Bromo bertema "Ruwat rawat Segoro Gunung" yang digelar di lautan pasir Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur akan melibatkan ratusan seniman pada 11-12 Juni 2022.

"Kegiatan rutin jelang Yadnya Kasada warga Tengger itu akan dimeriahkan oleh sekitar 700 orang personel terdiri atas penari profesional, penyanyi, musisi serta sastrawan," kata Afifa Prasetya dari JatiSwara Indonesia yang menaungi Eksotika Bromo 2022 dalam rilis yang diterima ANTARA di Kabupaten Probolinggo, Kamis.

Menurutnya ratusan seniman tersebut akan bersatu padu memeriahkan Eksotika Bromo 2022 di lautan pasir kaki Gunung Bromo yang berada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

,Baca juga: Kawasan Bromo ditutup total saat peringatan Yadnya Kasada

"Alhamdulillah untuk persiapan Eksotika Bromo 2022 sudah mencapai 80 persen. Untuk pertunjukannya kami akan mengangkat kekayaan alam nusantara beserta budaya dan keseniannya, serta keindahan Bromo beserta alamnya dan budayanya," tuturnya.

Ia mengatakan pihaknya sengaja mengangkat tiga tema sekaligus berupa "Ruwat Rawat Segoro Gunung" dalam Eksotika Bromo 2022 karena selesai pandemi COVID-19 banyak elemen yang harus diruwat.

"Apalagi kami akan berkecimpung di lautan pasir Gunung Bromo. Jadi kami juga meruwat diri sendiri dan meruwat gunung, tetapi tidak hanya meruwat saja, namun juga merawatnya," katanya.

Menurutnya sebenarnya Gunung Bromo itu tanpa dipromosikan saja sudah terkenal ke seluruh dunia, tetapi bicara Bromo selama ini tidak ada Tengger di belakangnya dan yang dieksplorasi hanya alamnya saja, tidak dengan budaya dan kesenian warga Tenggernya.

"Kami harus mengeksplorasi budaya dan kesenian kita sendiri, dalam hal ini warga Tengger. Eksotika Bromo itu berawal dari seniman yang ada di Tengger bersama dengan pegiat seni dan budaya yang ada di Probolinggo, sehingga tercetuslah Eksotika Bromo pada tahun 2017," ujarnya.

Afifa menjelaskan tujuan Eksotika Bromo itu agar Bromo bisa menjadi platform seperti Bali, sehingga pihaknya menyediakan tempat dan fasilitas, kemudian para seniman datang sendiri untuk menampilkan sebuah tari.

Baca juga: Upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo steril dari wisatawan

"Nantinya pariwisata itu akan berlangsung mendaur ulang sendiri secara periodik. Bromo itu sebagai wadah saja dan kami akan membangun Bromo seperti Bali. Konsepnya seperti itu, tetapi kita tentunya butuh proses dan dukungan," katanya.

Ia berharap Eksotika Bromo bisa menjadi agenda rutin setiap menjelang Yadnya Kasada warga Suku Tengger, sehingga tidak hanya pariwisatanya saja yang dieksplorasi, tetapi kesenian dan budaya juga menjadi modal ekonomi kreatif warga Tengger.

Baca juga: Kawasan wisata Bromo tidak terdampak erupsi Gunung Semeru