Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) berharap perbankan bisa semakin berperan dalam mewujudkan jasa intermediasi yang bertanggung jawab melalui pembiayaan terhadap transisi energi di perumahan, terutama industri perumahan rakyat.

"Dengan melakukan pembiayaan di sektor energi terbarukan ini diharapkan nanti pada tahun 2060 Indonesia bisa mencapai emisi nol bersih (NZE). Jadi tidak ada lagi energi yang tidak terbarukan," ucap Plt. Direktur Utama LPPI Edy Setiadi dalam Webinar LPPI Ke-77 di Jakarta, Kamis.

Ia menyebutkan pembiayaan transisi energi harus terus dilakukan lantaran terdapat potensi energi baru terbarukan (EBT) yang mencapai 3.686 gigawatt (GW) di Tanah Air.

Namun dari potensi tersebut, pemakaiannya saat ini baru 0,3 persen dan yang terbanyak hampir 90 persen berasal dari energi surya yang potensinya mencapai 3.295 GW.

Adapun percepatan transisi energi salah satunya dapat dilakukan dengan mendorong industri perumahan agar mengadopsi energi bersih sebagai sumber energi di rumah tangga.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna menilai pendanaan memang masih menjadi salah satu isu dalam pengembangan EBT, terutama Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

"PLTS cenderung dianggap masih cukup mahal untuk beberapa kalangan, meski biaya pembangunan PLTS dalam satu dekade ini semakin kompetitif," kata Andriah.

Maka dari itu saat ini pihaknya bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) untuk menyiapkan hibah Sustainable Energy Funds, sehingga rumah tangga maupun industri dapat memanfaatkan hibah tersebut dalam bentuk reimburse voucher untuk PLTS yang dipasang, salah satunya PLTS Atap.

Skema tersebut terus dikembangkan yang tahun ini telah menjadi pilot project dan akan diteruskan jika berjalan dengan baik.

Andriah melanjutkan, beberapa perbankan juga terus membuka kesempatan untuk memberikan cicilan pembangunan PLTS Atap dalam jangka panjang, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Negara Indonesia (BNI), PT Bank Mandiri, PT Bank Permata, United Overseas Bank Limited (UOB), dan PT Bank Central Asia (BCA).

"Bantuan ini tentunya sangat membantu konsumen untuk mempercepat pencapaian keekonomiannya. Mungkin nanti kami harap dukungan LPPI agar bisa didiskusikan ke depan skema apalagi yang bisa dikembangkan dalam rangka mendorong PLTS Atap lebih masif," tegasnya.

Baca juga: LPPI: Penerbitan mata uang digital bank sentral penting

Baca juga: LPPI: Inovasi keuangan syariah perkuat rantai nilai halal