Jakarta (ANTARA) - Lima perusahaan produsen gula yang baru beroperasi selama dua hingga empat tahun terakhir membentuk wadah Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo) untuk meningkatkan produksi gula konsumsi serta memenuhi kebutuhan secara nasional.

"Perusahaan ini adalah perusahaan pabrik gula berbasis tebu yang dibangun dan berproduksi pada waktu bersamaan, sekitar empat sampai dua tahun terakhir ini. Tiga tahun ini mulai produksi sehingga umur kami rata-rata masih balita," kata Koordinator Munas I Gapgindo Syukur Iwantoro dalam keterangannya pada wartawan di Jakarta, Kamis.

Kelima perusahaan gula tersebut tersebar di beberapa wilayah Indonesia yaitu PT Rejoso Manis Indo di Kabupaten Blitar dan PT Kebun Tebu Mas di Lamongan Jawa Timur, PT Pratama Nusantara Sakti di Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan, PT Muria Sumba Manis di Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur; dan PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara.

Kelima perusahaan produsen gula tersebut melaksanakan deklarasi pembentukan Gapgindo sekaligus melakukan Musyawarah Nasional (Munas) pertama untuk menentukan berbagai target dan rencana kerja ke depan.

Syukur mengatakan pembangunan pabrik gula baru ini merupakan respon positif terhadap imbauan Presiden Joko Widodo untuk menggenjot investasi pabrik gula berbasis tebu nasional. Sejumlah investor dalam negeri maupun luar negeri, kata Syukur, berinvestasi membangun pabrik gula baru dan modern berbasis tebu di Indonesia.

Lima pabrik gula baru berbasis tebu menggunakan teknologi modern dalam proses produksinya tersebar di sejumlah provinsi di Indonesia dan mulai beroperasi dalam kurun dua hingga tiga tahun terakhir.

"Kami ingin menjadi mitra strategis pemerintah dalam rangka untuk mengembalikan kejayaan pergulaan Nusantara ke depan. Kami menganggap perlunya kelima perusahaan yang berusia balita ini memiliki wadah yang disebut dengan Gabungan Produsen Gula Indonesia," kata Syukur.

Total investasi dari kelima pabrik gula tersebut mencapai Rp20 triliun. Kelima pabrik gula rata-rata memiliki kapasitas giling tebu terpasang antara 8.000 sampai 12.000 ton per hari selama lima bulan musim panen atau musim tebang tebu setiap tahunnya.

Diperkirakan kelima pabrik gula beroperasi maksimal sesuai kapasitas giling terpasang pada 2024 dengan target 600 ribu ton per tahun.

Syukur mengatakan pada saat ini kelima pabrik gula baru mengerahkan 60 persen kapasitas produksinya. Dengan produksi gula anggota Gapgindo tersebut dapat memenuhi 18 persen kebutuhan gula konsumsi nasional.

Baca juga: NFA dorong penguatan harga gula di tingkat petani maupun konsumen

Baca juga: AGRI: Peluang pasar domestik pasokan GKR di Indonesia terbuka