Shanghai (ANTARA) - Saham-saham Asia jatuh, imbal hasil obligasi AS naik dan dolar melonjak didorong ke level tertinggi dua dekade terhadap yen pada Kamis pagi, karena investor khawatir tentang prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut menjelang pertemuan penting Bank Sentral Eropa hari ini waktu setempat.

Namun sebelum pertemuan, di mana Bank Sentral Eropa (ECB) akan mengakhiri Program Pembelian Aset-nya dan memberi sinyal kenaikan suku bunga untuk memerangi kenaikan inflasi, pergerakan di sesi Asia relatif teredam karena banyak investor tetap diam.

"Ini adalah tindakan harga klasik sebelum rapat bank sentral. Untuk berspekulasi sekarang selain kerangka waktu per jam, atau kerangka waktu intraday, tidak masuk akal saat ini," kata Matt Simpson, analis pasar senior City Index di Sydney.

"Ini adalah pertemuan paling menarik sejak (Christine Lagarde) memimpin, sejak Draghi ada di sini - 'apa pun yang diperlukan'."

Menambah kekhawatiran atas inflasi Eropa, data menunjukkan ekonomi zona euro tumbuh jauh lebih cepat pada kuartal pertama dibandingkan tiga bulan sebelumnya, meskipun perang di Ukraina.

Saat investor menebak ukuran dan kecepatan pengetatan ECB, mereka juga menunggu data harga konsumen AS pada Jumat (10/6/2022) yang menurut Gedung Putih akan "meningkat". Para ekonom memperkirakan inflasi tahunan menjadi 8,3 persen, menurut jajak pendapat Reuters.

Sementara pasar saham Asia telah meningkat sekitar 8,0 persen dari posisi terendah hampir dua tahun yang disentuh bulan lalu, investor tetap khawatir bahwa pengetatan kebijakan bank sentral untuk mengendalikan inflasi dapat memicu perlambatan ekonomi.

Pada perdagangan pagi, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,39 persen, mengikuti penurunan saham AS di sesi sebelumnya.

Saham Australia turun 1,19 persen dan KOSPI Seoul tergelincir 0,64 persen, meskipun Hang Seng Hong Kong naik kurang dari 0,2 persen dan saham-A China datar. Di Jepang, indeks saham Nikkei juga tidak berubah.

Semalam, Dow Jones Industrial Average turun 0,81 persen, S&P 500 kehilangan 1,08 persen dan Komposit Nasdaq melemah 0,73 persen.

"Selama dua minggu terakhir, perdagangan berada dalam kisaran yang sangat sempit dan juga berdasarkan volume yang sangat rendah," kata analis di ING dalam sebuah catatan.

"Contoh sebelumnya dari kisaran perdagangan ini pada volume rendah biasanya mendahului penurunan tajam," mereka memperingatkan, menambahkan bahwa pertemuan ECB dan data harga AS pada Jumat (10/6/2022) kemungkinan "katalis untuk prospek yang lebih bearish."

Penantian data harga AS juga membebani obligasi pemerintah AS, yang membuat imbal hasilnya naik setelah lelang obligasi 10-tahun yang lemah pada Rabu (8/6/2022).

Imbal hasil obligasi pemerintah10-tahun AS naik tipis pada Kamis pagi menjadi 3,0548 persen dari penutupan AS sebesar 3,029 persen pada Rabu (8/6/2022) dan imbal hasil obligasi dua tahun, naik menjadi 2,8027 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 2,774 persen.

Imbal hasil yang meningkat mendukung dolar, terutama terhadap yen, yang turun ke level terendah 20-tahun di 134,56. Mata uang Jepang telah terbebani oleh divergensi kebijakan yang melebar, dengan bank sentral Jepang tetap menjadi salah satu dari sedikit bank sentral global yang mempertahankan sikap dovish.

Indeks dolar global sedikit lebih tinggi pada 102,6, dan euro datar menjelang pertemuan ECB di 1,0712 dolar.

Harga minyak mentah memperpanjang kenaikannya, menguat ke level tertinggi dalam tiga bulan di tengah harapan permintaan AS yang kuat dan pemulihan di China karena pembatasan COVID-19 dilonggarkan.

Patokan global minyak mentah Brent terakhir di 123,83 dolar AS per barel, naik 0,2 persen pada hari itu. Minyak mentah AS naik 0,17 persen menjadi 122,32 dolar AS per barel.

Emas yang sensitif terhadap kenaikan suku bunga tetapi dilihat sebagai alat lindung terhadap inflasi, melemah. Emas spot turun 0,1 persen menjadi 1.851,35 dolar AS per ounce.