Rupiah masih melemah dipicu kekhawatiran meningkatnya inflasi
9 Juni 2022 09:37 WIB
Ilustrasi - Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dollar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj/aa.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi masih bergerak melemah dipicu kekhawatiran meningkatnya inflasi global.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 55 poin atau 0,38 persen ke posisi Rp14.547 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.492 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini. Penyebabnya masih karena kekhawatiran pasar terhadap inflasi dan sentimen the Fed," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta.
Baca juga: Rupiah ditutup melemah 38 poin, terimbas prospek penguatan dolar
Menurut Ariston, harga minyak mentah dunia yang terus naik meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi.
Harga minyak jenis Brent sekarang di kisaran 124 dolar AS per barel, sudah menembus ke atas level tertinggi bulan Mei.
"Kenaikan inflasi ini bisa menahan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Ariston.
Selain itu, lanjut Ariston, pelaku pasar juga bersiap mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 50 basis poin pada rapat bank sentral pada Juni ini.
"Yield obligasi pemerintah AS terus naik. Tingkat imbal hasil tenor 10 tahun kembali ke atas 3 persen. Ini mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya," kata Ariston.
Baca juga: Dolar menguat karena saham AS jatuh, keputusan ECB siap digunakan
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke level Rp14.550 per dolar AS dengan support di level Rp14.450 per dolar AS.
Pada Rabu (8/6) lalu, rupiah ditutup melemah 38 poin atau 0,26 persen ke posisi Rp14.492 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.454 per dolar AS.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 55 poin atau 0,38 persen ke posisi Rp14.547 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.492 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini. Penyebabnya masih karena kekhawatiran pasar terhadap inflasi dan sentimen the Fed," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta.
Baca juga: Rupiah ditutup melemah 38 poin, terimbas prospek penguatan dolar
Menurut Ariston, harga minyak mentah dunia yang terus naik meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi.
Harga minyak jenis Brent sekarang di kisaran 124 dolar AS per barel, sudah menembus ke atas level tertinggi bulan Mei.
"Kenaikan inflasi ini bisa menahan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia," ujar Ariston.
Selain itu, lanjut Ariston, pelaku pasar juga bersiap mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 50 basis poin pada rapat bank sentral pada Juni ini.
"Yield obligasi pemerintah AS terus naik. Tingkat imbal hasil tenor 10 tahun kembali ke atas 3 persen. Ini mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya," kata Ariston.
Baca juga: Dolar menguat karena saham AS jatuh, keputusan ECB siap digunakan
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke level Rp14.550 per dolar AS dengan support di level Rp14.450 per dolar AS.
Pada Rabu (8/6) lalu, rupiah ditutup melemah 38 poin atau 0,26 persen ke posisi Rp14.492 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.454 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022
Tags: