Anggota parlemen Uni Eropa kembali larang mobil berbahan bakar fosil
9 Juni 2022 07:42 WIB
Arsip Foto - Sebuah mobil listrik tengah diisi di titik pengisian EV di pinggir jalan, London, Inggris, Selasa (19/10/2021). ANTARA/REUTERS/Toby Melville/am.
Jakarta (ANTARA) - Anggota Parlemen Eropa memilih untuk mendukung larangan Uni Eropa terkait mobil berbahan bakar fosil mulai tahun 2035.
Dikutip dari Reuters, Kamis, hal ini juga untuk mempercepat peralihan Eropa ke kendaraan listrik (EV).
Pemungutan suara dalam parlemen yang dihelat Rabu (8/6) waktu setempat itu mendukung pilar utama dari rencana Uni Eropa untuk mengurangi emisi sebanyak 55 persen pada tahun 2030, dari tingkat tahun 1990.
Anggota parlemen mendukung proposal yang dibuat oleh Komisi Eropa tahun lalu, untuk meminta pengurangan 100 persen emisi CO2 dari mobil baru pada tahun 2035, yang akan menjadikan para pabrikan otomotif untuk tidak mungkin menjual kendaraan berbahan bakar fosil di Uni Eropa mulai tanggal tersebut.
Baca juga: Bocoran keunggulan Wuling EV yang akan dijual di Indonesia tahun ini
Ada pun upaya oleh beberapa anggota parlemen untuk melemahkan target pengurangan CO2 sebanyak 90 persen pada tahun 2035 ditolak.
Undang-undang itu belum final. Pemungutan suara juga menegaskan posisi parlemen untuk negosiasi mendatang dengan negara-negara Uni Eropa mengenai finalisasi UU itu.
Tujuannya adalah untuk mempercepat peralihan Eropa ke kendaraan listrik dan mendorong pembuat mobil untuk berinvestasi besar-besaran dalam elektrifikasi, dibantu oleh UU Uni Eropa lainnya yang akan mewajibkan negara-negara untuk memasang jutaan pengisi daya kendaraan.
"Membeli dan mengendarai mobil tanpa emisi akan menjadi lebih murah bagi konsumen," kata Jan Huitema, ketua perunding parlemen mengenai kebijakan tersebut.
Pembuat mobil termasuk Ford dan Volvo secara terbuka mendukung rencana UE untuk menghentikan penjualan mobil bermesin bakar pada tahun 2035, sementara yang lain, termasuk Volkswagen, bertujuan untuk berhenti menjual mobil bermesin bakar di Eropa pada tahun tersebut.
Namun, email yang dilihat oleh Reuters menunjukkan kelompok industri termasuk asosiasi mobil Jerman VDA melobi anggota parlemen untuk menolak target 2035, yang menurut mereka aturan terkait bahan bakar alternatif rendah karbon dan terlalu dini untuk EV, mengingat peluncuran infrastruktur pengisian daya yang tidak pasti.
"Posisi kami transparan. Ini adalah misi kami untuk mengembangkan solusi terbaik dengan semua orang yang terlibat," kata juru bicara VDA.
Mobil listrik dan kendaraan hibrida plug-in merupakan 18 persen dari mobil penumpang baru yang dijual di Uni Eropa tahun lalu, meskipun penjualan mobil secara keseluruhan turun di tahun ini di tengah kekurangan semikonduktor, menurut Asosiasi Produsen Mobil Eropa.
Transportasi menghasilkan seperempat dari emisi pemanasan planet Eropa, dan gas rumah kaca dari sektor ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Buick tonjolkan wujud mobil masa depanlewat "Wildcat EV"
Baca juga: Renault kenalkan versi terbaru All-New Kangoo EV & New Master E-TECH
Baca juga: Harga lithium naik lima kali lipat seiring permintaan baterai EV
Dikutip dari Reuters, Kamis, hal ini juga untuk mempercepat peralihan Eropa ke kendaraan listrik (EV).
Pemungutan suara dalam parlemen yang dihelat Rabu (8/6) waktu setempat itu mendukung pilar utama dari rencana Uni Eropa untuk mengurangi emisi sebanyak 55 persen pada tahun 2030, dari tingkat tahun 1990.
Anggota parlemen mendukung proposal yang dibuat oleh Komisi Eropa tahun lalu, untuk meminta pengurangan 100 persen emisi CO2 dari mobil baru pada tahun 2035, yang akan menjadikan para pabrikan otomotif untuk tidak mungkin menjual kendaraan berbahan bakar fosil di Uni Eropa mulai tanggal tersebut.
Baca juga: Bocoran keunggulan Wuling EV yang akan dijual di Indonesia tahun ini
Ada pun upaya oleh beberapa anggota parlemen untuk melemahkan target pengurangan CO2 sebanyak 90 persen pada tahun 2035 ditolak.
Undang-undang itu belum final. Pemungutan suara juga menegaskan posisi parlemen untuk negosiasi mendatang dengan negara-negara Uni Eropa mengenai finalisasi UU itu.
Tujuannya adalah untuk mempercepat peralihan Eropa ke kendaraan listrik dan mendorong pembuat mobil untuk berinvestasi besar-besaran dalam elektrifikasi, dibantu oleh UU Uni Eropa lainnya yang akan mewajibkan negara-negara untuk memasang jutaan pengisi daya kendaraan.
"Membeli dan mengendarai mobil tanpa emisi akan menjadi lebih murah bagi konsumen," kata Jan Huitema, ketua perunding parlemen mengenai kebijakan tersebut.
Pembuat mobil termasuk Ford dan Volvo secara terbuka mendukung rencana UE untuk menghentikan penjualan mobil bermesin bakar pada tahun 2035, sementara yang lain, termasuk Volkswagen, bertujuan untuk berhenti menjual mobil bermesin bakar di Eropa pada tahun tersebut.
Namun, email yang dilihat oleh Reuters menunjukkan kelompok industri termasuk asosiasi mobil Jerman VDA melobi anggota parlemen untuk menolak target 2035, yang menurut mereka aturan terkait bahan bakar alternatif rendah karbon dan terlalu dini untuk EV, mengingat peluncuran infrastruktur pengisian daya yang tidak pasti.
"Posisi kami transparan. Ini adalah misi kami untuk mengembangkan solusi terbaik dengan semua orang yang terlibat," kata juru bicara VDA.
Mobil listrik dan kendaraan hibrida plug-in merupakan 18 persen dari mobil penumpang baru yang dijual di Uni Eropa tahun lalu, meskipun penjualan mobil secara keseluruhan turun di tahun ini di tengah kekurangan semikonduktor, menurut Asosiasi Produsen Mobil Eropa.
Transportasi menghasilkan seperempat dari emisi pemanasan planet Eropa, dan gas rumah kaca dari sektor ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Buick tonjolkan wujud mobil masa depanlewat "Wildcat EV"
Baca juga: Renault kenalkan versi terbaru All-New Kangoo EV & New Master E-TECH
Baca juga: Harga lithium naik lima kali lipat seiring permintaan baterai EV
Penerjemah: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022
Tags: