London (ANTARA News) - Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Retno Lestari Priansari Marsudi, mengatakan bahwa hubungan khusus antara Indonesia-Belanda perlu diperkuat secara baik untuk menjamin kemitraan yang saling menguntungkan antara kedua negara.

Hal itu disampaikan Retno Marsudi setibanya di Bandara Schiphol, Amsterdam, yang disambut yang disambut Kuasa Usaha Ad Interim, Umar Hadi, dan istri Nila Mochtar Hadi, demikian Fungsi Penerangan Sosial dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, Bonifatius Agung Herindra, dalam keterangannya kepada ANTARA London, Sabtu.

Retno Marsudi dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama 26 dubes lainnya pada tanggal 21 Desember 2012. Ia ditunjuk sebagai Dubes RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Belanda yang berkedudukan di Den Haag.

Kehadiran duta besar wanita Indonesia pertama untuk Kerajaan Belanda itu diharapkan membawa ide-ide segar dan semangat baru dalam upaya terus memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Belanda.

Dengan pengalaman diplomatik yang luas, Retno --yang pernah menjadi Dubes RI di Norwegia dan Islandia pada 2005-2008-- diyakini banyak pihak mampu untuk terus memperjuangkan kepentingan Indonesia di Belanda, negara yang merupakan mitra perdagangan, investasi dan pariwisata yang penting, sekaligus sebagai pintu gerbang ke Eropa bagi Indonesia.

Duta Besar Retno Marsudi sebelumnya menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Eropa di Kementerian Luar Negeri RI sejak April 2008 sampai dengan Januari 2012, yang mengelola hubungan Indonesia dengan 87 negara di Eropa dan Amerika.

Wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah, pada 27 November 1962 itu meraih gelar master di Haagsche Hooge School Jurusan Hukum Uni Eropa.

Retno Marsudi dianugerahi Bintang Jasa "Grand Officer", penghargaan tertinggi kedua oleh Raja Norwegia. Istri arsitek, Agus Marsudi, itu adalah orang Indonesia pertama yang dianugerahi bintang jasa tersebut.

Ia juga pernah memimpin negosiasi multilateral dan konsultasi bilateral antara Indonesia dengan negara-negara mitra, termasuk Uni Eropa, ASEM (Asia-Europe Meeting) dan FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation).

Ibu dari Dyota Marsudi dan Bagas Marsudi itu juga pernah menduduki berbagai jabatan penting di Kemlu RI, termasuk sebagai Direktur Eropa Barat (2003-2005) dan Direktur Kerjasama Intra Kawasan Amerika-Eropa (2001-2003).

Den Haag bukanlah kota yang asing bagi Duta Besar Retno Marsudi, karena wanita yang meraih S-1 Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (1986) itu pernah bertugas sebagai pejabat Counselor Ekonomi di KBRI Den Haag antara tahun 1997 hingga 2001.

Retno Marsudi mengemukakan, sangat menantikan untuk dapat bertemu dengan teman-teman lama maupun baru, menikmati olahraga jogging dan bersepeda, serta terus mempromosikan makanan dan restoran Indonesia di Belanda.
(T.ZG)