Ekonom: Investasikan hasil "commodity boom" agar berdampak pada PDB RI
8 Juni 2022 12:34 WIB
Kepala Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman Mukhlis dalam Asian Development Bank Indonesia bertajuk Indonesia Development Talk 6 di Jakarta, Rabu (8/6/2022). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman Mukhlis menyatakan hasil atau keuntungan dari adanya commodity boom harus diinvestasikan agar dampak bagi perekonomian Indonesia lebih panjang dan berkelanjutan.
“Rezeki tak terduga ini (commodity boom) perlu diinvestasikan kembali atau didaur ulang ke sektor ekonomi lain, sehingga berdampak positif bagi perekonomian,” katanya dalam Asian Development Bank (ADB) Indonesia bertajuk Indonesia Development Talk 6 di Jakarta, Rabu.
Helmi menjelaskan sebenarnya keuntungan Indonesia dari kenaikan harga komoditas global atau commodity boom ini lebih banyak dirasakan oleh perusahaan atau korporasi dibandingkan masyarakat.
Ia menyebutkan masyarakat yang menerima dampak positif dari commodity boom juga hanya mereka yang benar-bener bergelut di sektor kelapa sawit dan hasil yang dirasakan juga relatif lebih kecil.
"Memang beberapa rumah tangga misalnya terlibat dalam produksi buah sawit ikut menerima rezeki, namun jumlahnya yang didapatkan relatif lebih kecil dibanding perusahaan besar,” jelas Helmi.
Baca juga: Mendag: Harga komoditas tinggi peluang ciptakan nilai tambah
Di sisi lain ia mengatakan kenaikan pendapatan korporasi lebih berasal dari harga komoditas dan bukan dari sisi volume.
Sementara dari sisi masyarakat, mereka justru mendapat tantangan dari adanya commodity boom ini yaitu meningkatnya inflasi yang berimplikasi terhadap naiknya harga di tingkat konsumen.
Terlebih lagi, kenaikan harga energi sebagai imbas situasi geopolitik yang tidak menentu juga menyebabkan pembengkakan pada belanja pemerintah karena adanya pemberian subsidi sebagai kompensasi bagi masyarakat.
“Ingat, rezeki nomplok yang diterima perusahaan disebabkan oleh kenaikan harga bukan karena kenaikan volume, sehingga ini tidak berarti aktivitas ekonomi langsung yang mendorong pertumbuhan PDB,” katanya.
Baca juga: Indef: harga komoditas tinggi, permintaan masyarakat perlu dijaga
“Rezeki tak terduga ini (commodity boom) perlu diinvestasikan kembali atau didaur ulang ke sektor ekonomi lain, sehingga berdampak positif bagi perekonomian,” katanya dalam Asian Development Bank (ADB) Indonesia bertajuk Indonesia Development Talk 6 di Jakarta, Rabu.
Helmi menjelaskan sebenarnya keuntungan Indonesia dari kenaikan harga komoditas global atau commodity boom ini lebih banyak dirasakan oleh perusahaan atau korporasi dibandingkan masyarakat.
Ia menyebutkan masyarakat yang menerima dampak positif dari commodity boom juga hanya mereka yang benar-bener bergelut di sektor kelapa sawit dan hasil yang dirasakan juga relatif lebih kecil.
"Memang beberapa rumah tangga misalnya terlibat dalam produksi buah sawit ikut menerima rezeki, namun jumlahnya yang didapatkan relatif lebih kecil dibanding perusahaan besar,” jelas Helmi.
Baca juga: Mendag: Harga komoditas tinggi peluang ciptakan nilai tambah
Di sisi lain ia mengatakan kenaikan pendapatan korporasi lebih berasal dari harga komoditas dan bukan dari sisi volume.
Sementara dari sisi masyarakat, mereka justru mendapat tantangan dari adanya commodity boom ini yaitu meningkatnya inflasi yang berimplikasi terhadap naiknya harga di tingkat konsumen.
Terlebih lagi, kenaikan harga energi sebagai imbas situasi geopolitik yang tidak menentu juga menyebabkan pembengkakan pada belanja pemerintah karena adanya pemberian subsidi sebagai kompensasi bagi masyarakat.
“Ingat, rezeki nomplok yang diterima perusahaan disebabkan oleh kenaikan harga bukan karena kenaikan volume, sehingga ini tidak berarti aktivitas ekonomi langsung yang mendorong pertumbuhan PDB,” katanya.
Baca juga: Indef: harga komoditas tinggi, permintaan masyarakat perlu dijaga
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: