Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Selasa sore, di tengah perkiraan pemulihan permintaan di China karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu melonggarkan pembatasan ketat COVID-19, dan di tengah keraguan bahwa target produksi yang lebih tinggi oleh produsen OPEC+ akan mengurangi pasokan yang ketat.

Minyak mentah berjangka Brent menguat 28 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 119,79 dolar AS per barel pada pukul 06.01 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 31 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 118,81 dolar AS per barel. Kontrak acuan mencapai level tertinggi tiga bulan di 120,99 dolar AS pada Senin (6/6/2022).

Baca juga: Minyak turun 2,5 persen setelah penyulingan AS meningkatkan produksi

Beijing dan pusat komersial Shanghai telah kembali normal dalam beberapa hari terakhir setelah dua bulan penguncian yang menyakitkan untuk membendung wabah varian Omicron. Larangan lalu lintas dicabut dan restoran dibuka untuk layanan makan di tempat pada Senin (6/6/2022) di sebagian besar wilayah Beijing.

"Kami bisa melihat lonjakan permintaan bahan bakar dengan mobil kembali ke jalan di kota-kota besar, dan pelabuhan secara bertahap kembali ke operasi normal di China," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Pengekspor minyak utama Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP- official selling price) Arab Light andalannya ke Asia sebesar 2,10 dolar AS dari Juni menjadi premium 6,50 dolar AS terhadap rata-rata kotrak acuan Oman dan Dubai, tidak jauh dari puncak sepanjang masa yang tercatat pada Mei ketika harga mencapai tertinggi karena kekhawatiran gangguan pasokan dari Rusia.

Baca juga: IEA: Dunia tak akan kekurangan minyak meski kehilangan pasokan Rusia

Pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk meningkatkan produksi untuk Juli dan Agustus sebesar 648.000 barel per hari, atau 50 persen lebih banyak dari yang direncanakan sebelumnya.

Peningkatan target tersebut tersebar di seluruh anggota OPEC+. Namun, banyak anggota memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan produksi, termasuk Rusia, yang menghadapi sanksi Barat.

"Sementara peningkatan target bulanan baru terus didorong oleh kontribusi proporsional dari semua peserta (termasuk Rusia), tidak realistis untuk mengharapkan peningkatan yang mendekati angka utama," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dalam sebuah catatan.

Di tempat lain, persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun minggu lalu, sementara stok bensin dan sulingan diperkirakan, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (6/6/2022).