Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengingatkan orang tua mengenai pentingnya menerapkan pola asuh dialogis guna mendukung tumbuh kembang anak.

"Komnas Perlindungan Anak mengajak masyarakat untuk menerapkan pola asuh dialogis dan partisipatif," kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait ketika dihubungi dari Jakarta, Senin.

Arist menjelaskan pola asuh dialogis atau partisipatif adalah pola asuh yang mengedepankan dialog dan bertukar pikiran dalam menjalankan komunikasi dan interaksi antara orang tua dan anak.

Baca juga: Komnas PA sebut perlu gerakan perlindungan anak di tingkat kampung

"Dalam pola asuh ini orang tua tidak hanya memberikan nasihat, namun juga melibatkan pendapat anak dalam pengambilan keputusan," katanya.

Pola asuh dialogis, kata dia, membawa dampak positif pada sang buah hati karena dapat mendewasakan anak dan membentuk karakter kepemimpinan dalam diri anak.

"Pola asuh ini akan menetapkan keluarga sebagai media dan wahana utama dalam proses tumbuh kembang anak," katanya.

Terkait hal tersebut, kata dia, orang tua yang masih menerapkan pola asuh yang otoriter perlu mengubah paradigma dan menerapkan pola asuh dialogis dan partisipatif.

Baca juga: Komnas PA desak pemda siapkan keluarga alternatif untuk yatim piatu

"Dengan pola asuh dua arah yang melibatkan anak dalam berpendapat dan berargumen diharapkan akan mengoptimalkan tumbuh kembang anak," katanya.

Arist menambahkan bahwa setiap tanggal 29 Juni masyarakat Indonesia memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas). Momentum Harganas, kata dia, sangat tepat untuk mengoptimalkan pola asuh yang tepat di tengah keluarga.

"Momentum Harganas diharapkan dapat meningkatkan lagi optimalisasi fungsi keluarga di tengah masyarakat yakni fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, pendidikan, ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan untuk mewujudkan keluarga yang berketahanan," katanya.

Baca juga: Komnas PA: Tidak ada toleransi bagi pelaku kekerasan seksual anak

Pola asuh yang tepat yang diterapkan pada anak, kata dia, merupakan bagian dari optimalisasi fungsi keluarga yaitu fungsi cinta kasih, melindungi hingga pendidikan di tengah keluarga.