Jakarta (ANTARA News) - Mistik Jawa 2012? Heeemmm, itu kerjaan orang berumah di atas angin karena sukma bisa melayang ke mana-mana tak tentu arah atau "ngrogoh sukma". Dunia serba tidak menentu dan serba tidak bisa dicari ujung pangkalnya, sebagaimana ungkapan Semar Mencari Raga.

Tiga kata suberversif bagi pratanda pohon tumbang, angin kencang, langit kelam, yakni "othak-athik gathuk", artinya segala sesuatu bisa dihubung-hubungkan sana-sini, umumnya berkaitan dengan ajang kekuasaan. Di ajang asmara Anak Baru Gede, luv artinya love, A G L artinya aku sedang galau. So sweet....

Sorry, seperti buntelan kentut atau seperti bungkusan tak berisi, meminjam ungkapan Betawi. Bagi warga Ibu Kota, boro-boro mikir Semar Mencari Raga, musim hujan plus badai menyebabkan kemacetan lalu lintas dan menghadang produksi beras serta menghambat suporter sepak bola menikmati atraksi liga Indonesia.

Hati-hati, "mikul dhuwur mendhem jero", peliharalah kebaikan orang lain dan pendamlah kekurangan atau kekhilafan orang lain.

Lantas, bagaimana melontarkan kritik untuk membenahi yang keliru? Rasa-rasanya mistik Jawa hanya bisa diterawang, tidak bisa dilihat dan disentuh. Dijalani saja, "ngelmu" saja, karena dilakoni, orang baru bisa mengerti dan memahami.

Saat mau ngerti dan paham, ada hujan lebat ditingkahi angin kencang pada 5 Desember 2012. Buntutnya, kerugian diperkirakan mencapai Rp270,1 milyar. Ini bukan angka serba mistik, atau dicocok-cocokan atau di mark-up sana-sini. Cuaca buruk juga memperlambat aktivitas distribusi di sebagian wilayah di Tanah Air, terutama jalan di Pulau Jawa dan Sumatra. Bukan othak-athik gathuk kan?

"Terganggunya distribusi kebutuhan pokok otomatis membuat harga jual barang-barang meningkat," kata Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Kadin Natsir Mansyur. Tentu, pernyataan itu bukan asal bunyi.

Cuaca ekstrem nyatanya menghadang upaya pencapaian produksi 72 juta ton gabah kering giling atau setara 40 juta ton beras. "Ini baru awal tahun. Kalau cuaca buruk seperti ini berkepanjangan, jelas menurunkan produksi petani," kata Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir.

Harga beras pun ikut-ikutan meroket kemudian mengoreksi gurihnya salah satu pakem mistik Jawa yakni harmoni, serba selaras dan serba seimbang. Kenyataannya, ada anti harmoni, yang mewujud dalam catatan Kementrian Perdagangan, harga beras cenderung terus meninggi sejak pertengahan tahun lalu. Hingga pekan pertama Januari 2012, kecenderungan itu terus berlanjut.

Masih mau ngelmu? Ah, menikmati gurihnya kuliner Nusantara saja. Bukankah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pengestu mengutarakan niatnya untuk memasukkan kuliner dalam bagian industri kreatif unggulan memperkaya 14 subsektor industri kreatif?

Ngelmu dengan gurihnya mistik Jawa 2012 menegaskan-negaskan bahwa Indonesia berlimpah dengan aneka kuliner. Di antaranya, tahu campur, tahu tek, nasi bebek, nasi rawon, nasi campur, rujak cingur, urap-urap, lodeh, gado-gado, pecel, lontong balap, lontong capgomeh. Silakan dinikmati, bukan dirasa apalagi sudah disediakan di atas meja.

Ini belum ditambah dengan rendang yang telah menyabet penghargaan global. Plus es dawet, es campur, es legen. Gurihnya mistik Jawa 2012 meletak dalam dunia kuliner. Dirimu adalah makanan dan minumanmu.

Ingat saja bahwa konon orang Jawa jika diberi kebaikan akan luntur wibawanya dan rontok kegagahannya. Apakah gurihnya kuliner dan lezatnya kuliner dapat serta merta meruntuhkan sebuah kekuasaan?

"Aku iki urip oleh ekhlas," aku ini hidup mendapatkan kasih sayang dari Tuhan. Itu jawaban penguasa yang menyubur-nyuburkan harmoni agar rakyat tidak memberontak kepada penguasa.

Awal dari ngelmu adalah jagat kuliner. Pesan kepada para ibu rumah tangga yang berharap kesetiaan sang suami yakni manjakanlah sang suami dengan menyediakan aneka masakan yang lezat di atas meja makan.

Nah, pesan kepada para penguasa yang berharap kesetiaan dan kecintaan rakyatnya yakni manjakanlah rakyat dengan menurunkan harga pangan termasuk harga beras. Kepada mereka yang sedang memadu kasih, sering-seringlah makan bareng di resto dengan disinari cahaya sebatang lilin. So sweet.

Dan Serat Centhini yang masuk dalam kekayaan mistik Jawa, menyatakan badan manusia itu laksana sampah terapung di atas laut (badaning manungsa, lir sarah aneng laut).

Tampillah pujangga Ronggowarsito yang menubuatkan selesainya jaman Kalabendu atau jaman penuh kesengsaraan menjadi jaman Kalasuba atau jaman kejayaan, bahwa waktu itu rakyat dapat tertawa, tidak kekurangan makanan dan minuman.

Dalam serat Jayabaya, pujangga itu juga menulis bahwa penguasa dapat menurunkan atau meringankan pajak orang dewa atau rakyat biasa (wong desa iku wedale kang duwe pajek sewu pan sunida dening narpati mung metu satu dinar).

Gusti ora sare, Tuhan tidak tidur? Tertawalah dan nikmatilah kuliner Nusantara seraya mengatakan bahwa Gusti memang sedang membiarkan manusia untuk berpikir dan berusaha.

Pada awalnya adalah aksara Jawa yang sarat makna dalam ziarah 2012. Ha Na Ca Ra Ka, artinya ada utusan. Da Ta Sa Wa La, saling bertengkar dan saling bersitegang. Pa Dha Ja Ya Nya, sama perkasanya, sama saktinya. Ma Ga Ba Tha Nga, sama menemui ajal, sama-sama menjadi bangkai.
(A024)