Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta akan mengembangkan teknologi pengawetan gudeg, makanan khas Yogyakarta berbahan baku nangka muda, agar lebih tahan lama.

"Salah satu cara mengawetkan gudeg adalah dengan teknologi pengalengan. Gudeg dikemas dalam kaleng sehingga lebih awet dan tahan lama," kata peneliti pangan dan gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Eni Harmayani di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia pada diskusi "Pengembangan Pohon Nangka di Yogyakarta", Thailand saat ini telah mengembangkan nangka dalam kaleng yang bisa tahan sampai satu tahun, sehingga pengembangan gudeg dalam kemasan kaleng juga bisa dilakukan.

Rencananya, kata dia, para penjual gudeg di Yogyakarta akan diberikan pendampingan dan pelatihan tentang teknologi tersebut.

"Jenis nangka yang paling baik digunakan sebagai bahan baku untuk membuat gudeg adalah nangka yang kulitnya hijau, karena tekstur kompak dan tidak hancur saat direbus," kata Eni.

Ia mengatakan rencananya UGM akan membuat tiga kelompok yang bertugas untuk membantu budi daya tanaman, teknologi pembuatan gudeg, serta pendampingan produksi dan pemasaran.

"Dalam hal ini perlu dipikirkan bagaimana membuat gudeg yang bisa tahan lama dengan tidak mengurangi cita rasanya dengan produksi massal yang proses pemasarannya juga didukung," katanya.

Dekan Fakultas Kehutanan UGM Mohammad Na`iem mengatakan warga Yogyakarta perlu didorong untuk melakukan budi daya pohon nangka di lingkungannya dalam upaya mengatasi minimnya bahan baku buah nangka untuk membuat gudeg.

Selain berfungsi sebagai tanaman hutan untuk penghijauan, menurut dia, buah dari pohon itu juga bisa untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi pemiliknya.

Oleh karena itu, kata dia, perlu dipilih bibit pohon nangka yang murah dan berkualitas baik, sehingga mampu berproduksi secara bagus. Pada akhirnya, dapat menghasilkan gudeg dengan gizi yang juga lebih bagus.

Berkaitan dengan hal itu, menurut dia, UGM akan merintis pengembangan hutan tanaman budi daya, salah satunya adalah pohon nangka.

"Fakultas Kehutanan UGM sudah memiliki bibit pohon nangka dari 11 varietas yang ditanam di kawasan Wanagama Gunung Kidul. Bibit ini diambil dari 11 provinsi di Indonesia," kata Na`iem.

Pemilik Rumah Makan Gudeg Mbarek Bu Ahmad, Sumarjono (63) mengatakan, dirinya menyambut baik ajakan UGM untuk mengembangkan teknologi pengawetan gudeg dalam kemasan kaleng.

"Saya sangat tertarik dengan ajakan para pakar pengolahan nangka tersebut untuk mengembangkan pengawetan gudeg agar lebih tahan lama," katanya.

(L.B015*H010/M008)