Djarot singgung buku Mustika Rasa saat hadiri acara Bulan Bung Karno
5 Juni 2022 22:25 WIB
Anggota DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat bersama Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono dan Direktur Operasional PT SIER Didik Prasetyono saat menikmati tahu campur Tahu Campur Kalasan H. Abdul Mahfud di Jalan Kalasan, Tambaksari, Surabaya, Minggu (5/6/2022) malam. ANTARA/HO-PDIP Surabaya.
Surabaya (ANTARA) - Anggota DPR RI Djarot Saiful Hidayat menyinggung buku berjudul Mustika Rasa yang mendokumentasikan resep masakan Nusantara saat menghadiri peringatan Bulan Bung Karno di Kota Surabaya, Jatim, Minggu malam.
"Jadi Bung Karno sejak dulu itu sudah punya kesadaran bahwa kekayaan rempah Indonesia bisa menghasilkan kekayaan kuliner yang begitu luar biasa," kata Djarot saat menikmati masakan Tahu Campur Kalasan H. Abdul Mahfud di Jalan Kalasan, Tambaksari, Surabaya.
Menurut dia, buku Mustika Rasa yang disusun oleh Pemerintah Indonesia atas inisiasi Presiden RI pertama Soekarno dan diterbitkan pada 1967 tersebut dinilai mampu menggerakkan ekonomi lokal dan menjadi bagian dari sosio-kultural yang mengiringi gerak perubahan masyarakat.
Makanya setiap kunjungan ke daerah, Djarot menyempatkan diri untuk wisata kuliner. Bagi Mantan Gubernur DKI Jakarta itu, menikmati produk kuliner selalu bisa menjadi penyegar suasana ketika berkunjung ke sebuah daerah.
Baca juga: Djarot: Ajaran Bung Karno relevan hadapi krisis wabah COVID-19
Seperti halnya, saat menghadiri peringatan Bulan Bung Karno di Surabaya, Djarot ditemani Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono menikmati kuliner Tahu Campur Kalasan.
"Tahu Campur Kalasan ini memang spesial. Saya kangen dengan tahu campur, sehingga malam ini mampir. Saya suka karena perpaduan rempah-rempahnya Indonesia banget," ujar Djarot.
Djarot bernostalgia dengan kenangannya ketika kerap menikmati tahu campur Kalasan. Ketua DPP PDIP itu rupanya menjadi langganan tahu campur Kalasan sejak sebelum menikah dengan sang istri, Happy Djarot.
"Dulu sering mampir sini, sejak sebelum menikah. Setelah menikah pun sering bareng-bareng keluarga ke sini. Istri dan anak saya juga suka tahu campur ini. Selain makan di sini, sering bungkus dibawa pulang," ujar dia.
Djarot memang pernah tinggal di Surabaya, ketika menjadi dosen di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Dia juga pernah menjadi anggota DPRD Jatim. "Sehingga kuliner di Surabaya ini saya banyak hafal, dari bebek, rujak cingur, rawon, dan sebagainya," ujar alumnus Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada tersebut.
Djarot tiba di Surabaya untuk menghadiri peringatan Hari Lahir Bung Karno, Senin (6/6). Bung Karno lahir di Surabaya, pada 6 Juni 1901, ketika fajar menyingsing. Proklamator Indonesia itu lahir di sebuah rumah kecil, di perkampungan Pandean, Surabaya.
Mengenakan jaket berwarna hitam dengan kaus berkerah warna merah, Djarot tampak melahap tahu campur legendaris tersebut. Dia mengaduk kuah dengan paduan bumbu petis dan sambal pedas. Daging sapi, tahu, mi kuning, selada, hingga tauge bercampur menjadi satu.
"Kita harus nguri-uri kuliner khas semacam ini. Indonesia begitu kaya kuliner, dengan bumbu-bumbu yang khas dan sangat unik. Bahkan meski satu jenis masakan, di tiap daerah bisa berbeda-beda corak penyajian, bumbu, dan rasanya," kata mantan wali kota Blitar itu.
Sementara itu, Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono, menambahkan, beragam kuliner telah mampu menghidupi gerak masyarakat Kota Pahlawan. Dalam rangkaian Hari Lahir Bung Karno, PDIP Surabaya juga menggelar aksi memasak 20 resep dalam buku Mustika Rasa.
"Kami melibatkan ibu-ibu di perkampungan padat penduduk di tempat Bung Karno dilahirkan dan di tempat Bung Karno menempa diri ketika indekos di rumah tokoh Islam, HOS Tjokroaminoto. Kuliner-kuliner itu bukan hanya sangat memikat lidah, tetapi juga menjadi sarana konsolidasi kultural di mana warga memasak untuk kemudian dinikmati bersama besok, 6 Juni 2022," ujar dia.
Baca juga: Tebar benih ikan, Djarot: Gerakan politik hijau PDIP
Baca juga: PDIP: Perubahan UU Pilkada serentak belum diperlukan
"Jadi Bung Karno sejak dulu itu sudah punya kesadaran bahwa kekayaan rempah Indonesia bisa menghasilkan kekayaan kuliner yang begitu luar biasa," kata Djarot saat menikmati masakan Tahu Campur Kalasan H. Abdul Mahfud di Jalan Kalasan, Tambaksari, Surabaya.
Menurut dia, buku Mustika Rasa yang disusun oleh Pemerintah Indonesia atas inisiasi Presiden RI pertama Soekarno dan diterbitkan pada 1967 tersebut dinilai mampu menggerakkan ekonomi lokal dan menjadi bagian dari sosio-kultural yang mengiringi gerak perubahan masyarakat.
Makanya setiap kunjungan ke daerah, Djarot menyempatkan diri untuk wisata kuliner. Bagi Mantan Gubernur DKI Jakarta itu, menikmati produk kuliner selalu bisa menjadi penyegar suasana ketika berkunjung ke sebuah daerah.
Baca juga: Djarot: Ajaran Bung Karno relevan hadapi krisis wabah COVID-19
Seperti halnya, saat menghadiri peringatan Bulan Bung Karno di Surabaya, Djarot ditemani Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono menikmati kuliner Tahu Campur Kalasan.
"Tahu Campur Kalasan ini memang spesial. Saya kangen dengan tahu campur, sehingga malam ini mampir. Saya suka karena perpaduan rempah-rempahnya Indonesia banget," ujar Djarot.
Djarot bernostalgia dengan kenangannya ketika kerap menikmati tahu campur Kalasan. Ketua DPP PDIP itu rupanya menjadi langganan tahu campur Kalasan sejak sebelum menikah dengan sang istri, Happy Djarot.
"Dulu sering mampir sini, sejak sebelum menikah. Setelah menikah pun sering bareng-bareng keluarga ke sini. Istri dan anak saya juga suka tahu campur ini. Selain makan di sini, sering bungkus dibawa pulang," ujar dia.
Djarot memang pernah tinggal di Surabaya, ketika menjadi dosen di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Dia juga pernah menjadi anggota DPRD Jatim. "Sehingga kuliner di Surabaya ini saya banyak hafal, dari bebek, rujak cingur, rawon, dan sebagainya," ujar alumnus Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada tersebut.
Djarot tiba di Surabaya untuk menghadiri peringatan Hari Lahir Bung Karno, Senin (6/6). Bung Karno lahir di Surabaya, pada 6 Juni 1901, ketika fajar menyingsing. Proklamator Indonesia itu lahir di sebuah rumah kecil, di perkampungan Pandean, Surabaya.
Mengenakan jaket berwarna hitam dengan kaus berkerah warna merah, Djarot tampak melahap tahu campur legendaris tersebut. Dia mengaduk kuah dengan paduan bumbu petis dan sambal pedas. Daging sapi, tahu, mi kuning, selada, hingga tauge bercampur menjadi satu.
"Kita harus nguri-uri kuliner khas semacam ini. Indonesia begitu kaya kuliner, dengan bumbu-bumbu yang khas dan sangat unik. Bahkan meski satu jenis masakan, di tiap daerah bisa berbeda-beda corak penyajian, bumbu, dan rasanya," kata mantan wali kota Blitar itu.
Sementara itu, Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono, menambahkan, beragam kuliner telah mampu menghidupi gerak masyarakat Kota Pahlawan. Dalam rangkaian Hari Lahir Bung Karno, PDIP Surabaya juga menggelar aksi memasak 20 resep dalam buku Mustika Rasa.
"Kami melibatkan ibu-ibu di perkampungan padat penduduk di tempat Bung Karno dilahirkan dan di tempat Bung Karno menempa diri ketika indekos di rumah tokoh Islam, HOS Tjokroaminoto. Kuliner-kuliner itu bukan hanya sangat memikat lidah, tetapi juga menjadi sarana konsolidasi kultural di mana warga memasak untuk kemudian dinikmati bersama besok, 6 Juni 2022," ujar dia.
Baca juga: Tebar benih ikan, Djarot: Gerakan politik hijau PDIP
Baca juga: PDIP: Perubahan UU Pilkada serentak belum diperlukan
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: