Koordinator aksi sekaligus Koordinator Fossil Free Bengkulu, Cimbyo Layas Ketaren di Bengkulu, Minggu, mengatakan bahwa tema Only One Earth atau hanya ada satu bumi hanya sebuah slogan jika dilihat fakta yang terjadi di Bengkulu.
"Aksi ini bertujuan mengingatkan semua orang tentang kondisi lingkungan yang ada di Provinsi Bengkulu, sebab di hulu dihancurkan dan hilir diracuni adalah kondisi lingkungan yang dipertontonkan setiap hari di depan mata kita," kata Cimbyo.
Ia menjelaskan, saat ini kondisi di hulu sungai terjadi perambahan hutan, penebangan liar hingga praktik jual beli kawasan hutan masih terus terjadi. Serta penghancuran sumber air untuk pertambangan batu bara juga menyumbang kerusakan yang menambah penderitaan rakyat.
Baca juga: Kerusakan DAS Bengkulu ancam timbulnya banjir besar
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Program dan Kampanye Kanopi Hijau Indonesia, Olan Sahayu bahwa proses penghancuran tersebut terus berlangsung.
Ia mengungkapkan, seperti di habitat gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Bentang Alam Seblat ditemukan 58 titik perambahan baru dan adanya ancaman dari tambang batu bara PT Inmas Abadi.
Ia mengatakan, seuas 23.740 hektare kawasan hutan Bentang Seblat di wilayah Bengkulu Utara dan Mukomuko telah dirambah dan kehilangan fungsinya tanpa ada tindakan berarti dari pemangku dan penegak hukum.
Kemudian di Desa Pondok Bakil Kabupaten Bengkulu Utara terjadi pengerukan batubara oleh PT Injatama telah menimbulkan kerusakan dan merugikan rakyat.
Untuk di sektor hilir, akibat dari pembakaran batu bara, adanya pembuangan limbah cair ke laut tanpa izin diduga telah menyebabkan 28 ekor penyu mati.
Baca juga: 20 perusahaan di Bengkulu dapat peringkat merah
Lanjut Olan, pembakaran batu bara juga mengeluarkan abu beracun yang menyumbang emisi ke atmosfir. Setiap hari sebanyak 700 kilogram abu serta senyawa beracun seperti NOx, Sox, CO keluar dari cerobong PLTU.
"Senyawa tersebut di atas bila dihirup manusia akan menyebabkan penyakit ISPA, kanker paru-paru, jantung, hingga kematian dini bagi warga Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah dan Seluma yang terpapar abu pembakaran PLTU," ujarnya.
Padahal pembakaran batu bara berkontribusi 44 persen pada emisi karbon dunia yang menjadi penyebab krisis iklim. Artinya, PLTU batu bara di Bengkulu ikut berkontribusi atas krisis iklim yang terjadi saat ini.
Atas semua ini, menurut Olan negara masih abai akan keselamatan lingkungan dan masa depan generasi yang akan datang.
Baca juga: Walhi Desak Usut Pencemaran Sungai Serik