Pakar: Mitigasi bencana hidrometeorologis perlu diintensifkan
3 Juni 2022 16:35 WIB
Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Yanto, Ph.D. ANTARA/Dokumentasi Pribadi.
Jakarta (ANTARA) - Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Yanto, Ph.D mengingatkan mitigasi bencana hidrometeorologi perlu diintensifkan guna meminimalkan dampak yang ditimbulkan.
"Mitigasi bencana hidrometeorologis perlu diintensifkan karena bencana hidrometeorologi cukup mendominasi jenis dan jumlah kejadian bencana di dunia," kata Yanto ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Dosen Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Sipil Unsoed tersebut menjelaskan dalam konteks kebencanaan, mitigasi sangat diperlukan.
Baca juga: Akademisi: Mitigasi banjir rob meliputi struktural dan non-struktural
"Mitigasi dan adaptasi bencana merupakan satu kesatuan, banyak aspek dalam bencana yang dapat dilakukan sebagai bagian dari upaya mitigasi," katanya.
Misalkan, kata dia, pengelolaan tata ruang yang berbasis mitigasi bencana, pengendalian penurunan muka tanah di pesisir serta reboisasi di hulu daerah aliran sungai.
Sementara itu, Yanto juga menambahkan bahwa bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh fluktuasi keberadaan air yang ada di dalamnya termasuk curah hujan.
Baca juga: Pakar: Sinkhole seperti di Bandung Barat lazim muncul di pegunungan
Bencana tersebut, tambah dia, dapat meliputi banjir, tanah longsor, angin kencang dan sebagainya yang bisa dipengaruhi oleh perubahan musim.
"Perubahan iklim akibat pemanasan global dipercaya sebagai faktor penting terhadap meningkatnya bencana hidrometeorologi," katanya.
Sementara itu dia juga menambahkan, selain mitigasi, program penanganan kebencanaan juga membutuhkan adanya kolaborasi.
"Bencana memiliki dimensi ruang yang luas dan kompleks. Dengan demikian upaya mitigasi membutuhkan kontribusi banyak pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, ormas dan juga lembaga keuangan," katanya.
Baca juga: Pakar dorong peran produsen untuk pengelolaan sampah produk rokok
Oleh karena itu, kata dia, pendekatan partisipatif dan kolaboratif memerlukan peran aktif dari semua pihak.
"Terkait pendekatan partisipatif dan kolaboratif ini maka peran pemerintah menjadi sangat sentral," katanya.
Sementara itu dia menambahkan bahwa edukasi dan sosialisasi mengenai mitigasi bencana harus terus digencarkan guna meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai mitigasi bencana.
"Edukasi tentang mitigasi ini bisa dilakukan sejak dini dengan memasukkan ke dalam kurikulum pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi," katanya.
Baca juga: Peneliti: Waspadai potensi banjir-longsor-panas bersamaan pada 2022
"Mitigasi bencana hidrometeorologis perlu diintensifkan karena bencana hidrometeorologi cukup mendominasi jenis dan jumlah kejadian bencana di dunia," kata Yanto ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Dosen Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Sipil Unsoed tersebut menjelaskan dalam konteks kebencanaan, mitigasi sangat diperlukan.
Baca juga: Akademisi: Mitigasi banjir rob meliputi struktural dan non-struktural
"Mitigasi dan adaptasi bencana merupakan satu kesatuan, banyak aspek dalam bencana yang dapat dilakukan sebagai bagian dari upaya mitigasi," katanya.
Misalkan, kata dia, pengelolaan tata ruang yang berbasis mitigasi bencana, pengendalian penurunan muka tanah di pesisir serta reboisasi di hulu daerah aliran sungai.
Sementara itu, Yanto juga menambahkan bahwa bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh fluktuasi keberadaan air yang ada di dalamnya termasuk curah hujan.
Baca juga: Pakar: Sinkhole seperti di Bandung Barat lazim muncul di pegunungan
Bencana tersebut, tambah dia, dapat meliputi banjir, tanah longsor, angin kencang dan sebagainya yang bisa dipengaruhi oleh perubahan musim.
"Perubahan iklim akibat pemanasan global dipercaya sebagai faktor penting terhadap meningkatnya bencana hidrometeorologi," katanya.
Sementara itu dia juga menambahkan, selain mitigasi, program penanganan kebencanaan juga membutuhkan adanya kolaborasi.
"Bencana memiliki dimensi ruang yang luas dan kompleks. Dengan demikian upaya mitigasi membutuhkan kontribusi banyak pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, ormas dan juga lembaga keuangan," katanya.
Baca juga: Pakar dorong peran produsen untuk pengelolaan sampah produk rokok
Oleh karena itu, kata dia, pendekatan partisipatif dan kolaboratif memerlukan peran aktif dari semua pihak.
"Terkait pendekatan partisipatif dan kolaboratif ini maka peran pemerintah menjadi sangat sentral," katanya.
Sementara itu dia menambahkan bahwa edukasi dan sosialisasi mengenai mitigasi bencana harus terus digencarkan guna meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai mitigasi bencana.
"Edukasi tentang mitigasi ini bisa dilakukan sejak dini dengan memasukkan ke dalam kurikulum pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi," katanya.
Baca juga: Peneliti: Waspadai potensi banjir-longsor-panas bersamaan pada 2022
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: