Jakarta Biennale "meruang" di Central Park
6 Januari 2012 20:09 WIB
Sebuah instalasi di pasang di pusat perbelanjaan Central Park dalam rangkaian Biennale#14 dengan tema 'Game, Leisure, and Gadget Victim' di Jakarta, Kamis (5/1).(FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)
Jakarta (ANTARA News) - Jakarta Biennale #14 melanjutkan perjalanannya ke ruang publik, yakni di pusat perbelanjaan Central Park, Jakarta Barat.
Sebanyak 33 karya dari seniman lokal dan internasional dengan karya-karya yang merespon tema "Game, Leisure, and Gadget Victim," akan dipamerkan mulai 4 Januari hingga 15 Januari 2012.
"Pameran seni kontemporer belum pernah diadakan di mal wilayah Jakarta Barat, biasanya mal di Jakarta Pusat. Profil pengunjungnya pun berbeda, maka kami ingin mempublikasikan di tempat-tempat yang pengunjungnya belum terbiasa," kata Kurator Jakarta Biennale #14, Seno Joko Suyono.
Dimulai dari Lobi utama lantai dasar, pengunjung disuguhkan dengan kehadiran patung bayi raksasa berukuran sekitar tiga meter dan berwarna perak yang diceritakan sedang asyik bermain game, kata Seno.
Karya seniman Dunadi itu menggambarkan patung bayi yang dililit plasenta merupakan bayi yang masih di dalam janin namun sudah keranjingan dengan game.
Karya yang diberi judul "Baby Game" itu merupakan refleksi anak-anak diperkotaan yang tidak bisa lepas dari dunia game.
Lain lagi dengan seniman asal Yogyakarta, Donna Prawita Arisoeta, yang mencoba membuat parodi merek-merek mewah. Beberapa kantong tas dengan merek seperti Hermes, DKNY, Zara, Lacoste, Guess, Chanel, dan lain lain disusun sedemikian rupa.
"Menurut saya, yang menarik dari karya ini adalah dari segi pembuatanya. Kantong-kantong tas tersebut jika dilihat dari jauh seolah-olah terbuat dari kertas, padahal dibuat dari keramik," ujar Seno.
Selain itu, susunan kantong tas bermerek tersebut diletakkan di antara toko-toko yang memang menjual merek-merek terkenal.
Sementara itu, seniman terkenal, Entang Wiharso membuat satir atas sindikasi donasi dengan karya khasnya yang gelap. Entang membuat kotak-kotak donasi yang terdiri atas lima kotak, yakni Art Museum, War, Kemanusiaan, Teroris, dan Surga yang dijejer di atas meja. Di kotak tersebut juga terdapat video yang menggambarkan masing-masing judul kotak donasi.
Entang juga mengajak pengunjung untuk turut berinteraksi dengan mengisi data dan alasan mengapa memilih salah satu kotak donasi tersebut.
Selain nama-nama seniman tersebut, seniman seperti Taufik Monyong, Anang Saptoto, I Nyoman Agus Wijaya, TiarmaSirait dan masih banyak lagi ikut unjuk karya di sana.
Menurut Seno, ini merupakan kedua kalinya Jakarta Biennale, yang dilangsungkan dua tahun sekali sejak 1968 itu, dilangsungkan di tempat umum, seperti mal, jalanan, dan taman kota.
"Hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan seni kontemporer pada masyarakat," tambah Seno.
(T.MO47/A011)
Sebanyak 33 karya dari seniman lokal dan internasional dengan karya-karya yang merespon tema "Game, Leisure, and Gadget Victim," akan dipamerkan mulai 4 Januari hingga 15 Januari 2012.
"Pameran seni kontemporer belum pernah diadakan di mal wilayah Jakarta Barat, biasanya mal di Jakarta Pusat. Profil pengunjungnya pun berbeda, maka kami ingin mempublikasikan di tempat-tempat yang pengunjungnya belum terbiasa," kata Kurator Jakarta Biennale #14, Seno Joko Suyono.
Dimulai dari Lobi utama lantai dasar, pengunjung disuguhkan dengan kehadiran patung bayi raksasa berukuran sekitar tiga meter dan berwarna perak yang diceritakan sedang asyik bermain game, kata Seno.
Karya seniman Dunadi itu menggambarkan patung bayi yang dililit plasenta merupakan bayi yang masih di dalam janin namun sudah keranjingan dengan game.
Karya yang diberi judul "Baby Game" itu merupakan refleksi anak-anak diperkotaan yang tidak bisa lepas dari dunia game.
Lain lagi dengan seniman asal Yogyakarta, Donna Prawita Arisoeta, yang mencoba membuat parodi merek-merek mewah. Beberapa kantong tas dengan merek seperti Hermes, DKNY, Zara, Lacoste, Guess, Chanel, dan lain lain disusun sedemikian rupa.
"Menurut saya, yang menarik dari karya ini adalah dari segi pembuatanya. Kantong-kantong tas tersebut jika dilihat dari jauh seolah-olah terbuat dari kertas, padahal dibuat dari keramik," ujar Seno.
Selain itu, susunan kantong tas bermerek tersebut diletakkan di antara toko-toko yang memang menjual merek-merek terkenal.
Sementara itu, seniman terkenal, Entang Wiharso membuat satir atas sindikasi donasi dengan karya khasnya yang gelap. Entang membuat kotak-kotak donasi yang terdiri atas lima kotak, yakni Art Museum, War, Kemanusiaan, Teroris, dan Surga yang dijejer di atas meja. Di kotak tersebut juga terdapat video yang menggambarkan masing-masing judul kotak donasi.
Entang juga mengajak pengunjung untuk turut berinteraksi dengan mengisi data dan alasan mengapa memilih salah satu kotak donasi tersebut.
Selain nama-nama seniman tersebut, seniman seperti Taufik Monyong, Anang Saptoto, I Nyoman Agus Wijaya, TiarmaSirait dan masih banyak lagi ikut unjuk karya di sana.
Menurut Seno, ini merupakan kedua kalinya Jakarta Biennale, yang dilangsungkan dua tahun sekali sejak 1968 itu, dilangsungkan di tempat umum, seperti mal, jalanan, dan taman kota.
"Hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan seni kontemporer pada masyarakat," tambah Seno.
(T.MO47/A011)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012
Tags: