"Ini cara berikutnya bagaimana cerita kita membumikan Pancasila, tapi diwujudkan dalam bentuk kinerja. Kita punya balai latihan kerja, kalau kita bicara dari sisi ekonomi, sektor yang kita miliki dalam pengembangan SDM, pelatihan ini yang bisa kita lakukan," kata Ganjar di Semarang, Kamis.
Mantan anggota DPR RI itu menyebut di Jawa Tengah cukup banyak perusahaan tekstil dan alas kaki, tapi suplai tenaga kerja tidak terlalu banyak.
Selain itu, perusahaan juga membutuhkan tenaga kerja yang rajin dan disiplin serta keterampilan menggunakan peralatan tercanggih.
"Pelatihan di Balai Latihan Kerja serta link and match Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) dengan perusahaan itu menjadi jembatan untuk memenuhi kebutuhan industri," ujarnya usai menyampaikan arahan pada pelatihan calon tenaga kerja tekstil dan alas kaki di Balai Industri Produk Tekstil dan Alas Kaki, Kota Semarang.
Langkah yang dilakukan adalah merekrut lulusan SMA/SMK yang masih menganggur untuk dilatih kerja selama 20 hari.
Selain itu juga dilakukan matching process dengan mencarikan perusahaan untuk memasukkan peserta pelatihan bekerja.
"Jadi anak-anak ini akan bekerja, otomatis akan bekerja, tapi ada ekspektasi yang diharapkan dari industri. Satu, mereka mesti rajin. Dua, mesti mengenal mesin yang canggih," katanya.
Ganjar juga secara langsung meminta kritik dari perusahaan terkait sekolah kejuruan yang ada di Jawa Tengah dan ternyata masih banyak sekolah menggunakan mesin kuno untuk praktik sehingga tidak sesuai dengan perusahaan.
"Sekolahnya bisa di sini, kurikulum bisa diorder, praktiknya bisa di perusahaan. Kalau kita bisa melatih lebih banyak lagi maka pengangguran bisa kita serap dengan cepat, maka investasi yang sudah masuk, SDM kita bisa kita penuhi dari tempat kita sendiri dengan cara melatih," ujarnya.
Berdasarkan fakta itulah, Ganjar mendorong agar adanya perombakan kurikulum di sekolah dan pemerintah juga akan memfasilitasi peningkatan kapasitas itu dengan memberikan peralatan mutakhir yang sesuai dengan perusahaan.
Di samping itu, setiap anak juga harus mulai menyiapkan diri akan kerja di mana dan menyesuaikan keterampilan dengan peralatan tercanggih.
"Tapi tidak hanya skill saja, mental juga perlu, termasuk tadi yang mereka (perusahaan) sampaikan, banyak yang libur kalau hujan, banyak yang lebih sayang membersihkan motor atau takut motornya kotor daripada disiplin masuk kerja. Ini komplain lho dari publik maka kita mesti benahi itu. Kita mesti disiplin, kalau perlu pinjam militer untuk melatih," kata Ganjar.