Beijing (ANTARA) - Pemerintah Ukraina dan Polandia telah menandatangani serangkaian dokumen kerja sama bilateral dalam bidang pertahanan, energi, dan pembangunan regional pada Rabu (1/6).

Menurut laporan layanan pers pemerintah Ukraina pada Kamis, perjanjian itu disepakati dalam konsultasi antarpemerintah di Kyiv.

Pertemuan dihadiri oleh Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal dan Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki.

Kedua negara sepakat untuk membentuk komisi gabungan yang akan menyiapkan sejumlah rekomendasi terkait format joint venture Ukraina-Polandia dalam pembuatan senjata dan peralatan militer.
- - - - - - - -


Sementara itu laporan staf umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Rabu (1/6) menjelaskan pasukan Rusia telah menguasai bagian timur Kota Severodonetsk, pusat administratif wilayah Lugansk yang dikuasai Ukraina.

Kepala Administrasi Militer wilayah Lugansk, Sergey Gaidai, mengatakan di Facebook bahwa Rusia telah menguasai sekitar 80 persen wilayah Severodonetsk.

Pertempuran jalanan di kota itu terus berlanjut dan pasukan Ukraina melakukan serangan balik di beberapa area di Severodonetsk, kata Gaidai.
- - -


Sebelumnya, sejumlah pejabat senior pemerintahan pada Selasa (31/5) mengungkap Amerika Serikat akan mengirim sistem roket jarak menengah ke Ukraina dalam paket bantuan keamanan baru.

Paket bantuan senjata senilai 700 juta dolar AS itu resmi dipublikasikan pada Rabu (1/6).

Paket tersebut termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang memungkinkan Ukraina dapat menembak targetnya di wilayah timur negara itu dengan lebih tepat sasaran.

Para pejabat yang enggan diungkap identitasnya itu menambahkan pejabat Ukraina telah memberi jaminan bahwa HIMARS tidak akan digunakan untuk menyerang target yang berada di dalam wilayah Rusia.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah Rusia menilai pemberian bantuan senjata ke Ukraina itu seperti "menuang minyak ke api dengan sengaja dan terus menerus.

"AS, dengan sangat jelas, benar-benar menganut kebijakan memerangi Rusia hingga nyawa warga Ukraina terakhir," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Rabu (1/6).