Studi: Orang alergi makanan berisiko lebih rendah terinfeksi COVID-19
2 Juni 2022 16:13 WIB
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya memvaksinasi anak-anak dan menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya guna mencegah mereka terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga dapat melindungi anak-anak sekaligus anggota keluarga mereka yang rentan terhadap virus tersebut. ANTARA/HO.
Los Angeles (ANTARA) - Sebuah studi baru yang didanai Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa para pengidap alergi makanan memiliki risiko lebih rendah terinfeksi COVID-19 dibandingkan orang yang tidak memiliki alergi makanan.
Studi baru yang diterbitkan pada Rabu (1/6) di The Journal of Allergy and Clinical Immunology tersebut juga mengidentifikasi obesitas dan indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dengan peningkatan risiko infeksi COVID-19.
Selain itu, studi ini menemukan bahwa anak-anak berusia 12 tahun atau lebih muda memiliki kemungkinan yang sama untuk terinfeksi COVID-19 seperti remaja dan orang dewasa, tetapi 75 persen infeksi pada anak-anak tidak menunjukkan gejala atau asimtomatik.
Para peneliti mengatakan anak-anak mungkin menjadi penular SARS-CoV-2 yang sangat efisien dalam lingkungan keluarga karena tingginya tingkat infeksi asimtomatik, kemungkinan tingginya muatan virus (viral load), dan interaksi fisik yang dekat dengan anggota keluarga.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya memvaksinasi anak-anak dan menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya guna mencegah mereka terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga dapat melindungi anak-anak sekaligus anggota keluarga mereka yang rentan terhadap virus tersebut, demikian dikatakan Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional (National Institute of Allergy and Infectious Diseases/NIAID) AS, Anthony Fauci.
Studi baru yang diterbitkan pada Rabu (1/6) di The Journal of Allergy and Clinical Immunology tersebut juga mengidentifikasi obesitas dan indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dengan peningkatan risiko infeksi COVID-19.
Selain itu, studi ini menemukan bahwa anak-anak berusia 12 tahun atau lebih muda memiliki kemungkinan yang sama untuk terinfeksi COVID-19 seperti remaja dan orang dewasa, tetapi 75 persen infeksi pada anak-anak tidak menunjukkan gejala atau asimtomatik.
Para peneliti mengatakan anak-anak mungkin menjadi penular SARS-CoV-2 yang sangat efisien dalam lingkungan keluarga karena tingginya tingkat infeksi asimtomatik, kemungkinan tingginya muatan virus (viral load), dan interaksi fisik yang dekat dengan anggota keluarga.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya memvaksinasi anak-anak dan menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya guna mencegah mereka terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga dapat melindungi anak-anak sekaligus anggota keluarga mereka yang rentan terhadap virus tersebut, demikian dikatakan Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional (National Institute of Allergy and Infectious Diseases/NIAID) AS, Anthony Fauci.
Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: