Praya, NTB (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) terus melonjak, bahkan selama sebulan kasusnya mencapai 2984 ekor.

"Itu total kasus PMK selama sebulan sejak ditemukan usai Idul Fitri 2022 hingga saat ini," kata Kepala Dispertanak Kabupaten Lombok Tengah Lalu Taufikurahman di Praya, Kamis.

Ia menjelaskan penyebaran wabah PMK ini memang cukup cepat, namun sebagian besar ternak sapi warga yang terkena telah sembuh sebanyak 1226 ekor. Sedangkan sisanya masih dalam proses penyembuhan atau masih sakit sebanyak 1.758 ekor.

"Dari satu desa, sekarang menyebar di 50 desa di 11 kecamatan," katanya.

Sebelumnya, untuk mengantisipasi lonjakan penyebaran wabah PMK tersebut, pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya dengan melakukan pengobatan penyuntikan vitamin dan antibiotik serta penyemprotan disinfektan.

Selain itu, untuk pemerintah telah melakukan penutupan semua pasar hewan dan pengecekan rumah potong hewan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut dengan membatasi arus lalulintas pergerakan ternak sapi.

"Kita juga melakukan isolasi terhadap kandang kompleks yang terkena wabah PMK. Tidak boleh ada ternak yang keluar atau dijual," kata Lalu Taufikurahman .

Sementara itu jajaran Kodim 1620 Lombok Tengah ikut turun langsung membantu pemerintah daerah dalam mengantisipasi penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak milik warga dengan memberikan edukasi dan melakukan pembersihan kandang ternak milik warga.

"Selain melakukan pencegah dini dengan cara sosialisasi terkait PMK dan mengedukasi warga masyarakat tentang pentingnya pengecekan hewan ternak serta membersihkan kandangnya sebagai langkah deteksi dini adanya virus PMK," kata Dandim 1620 Lombok Tengah Letkol (Inf) I Putu Tangkas Wiratawan.

Anggota jajaran bersama aparat gabungan Polri dan pemerintah daerah telah menghimbau untuk melakukan pengecekan pada hewan ternak, untuk antisipasi penyebaran PMK yang dapat merugikan para peternak atau masyarakat.

Sesuai dengan literatur keilmuan yang di miliki prajurit nya, Babinsa sebagai seorang bintara pembina desa harus membantu mengatasi kesulitan warga binaannya.

"Anggota harus bisa melakukan pencegahan-pencegahan sebelum kesulitan warga itu datang," katanya.

Dirinya juga berharap kerjasama setiap 'stakeholder' dengan instansi terkait yang ada di wilayah untuk bersama sama berupaya melakukan langkah-langkah pencegahan wabah PMK.

"Dalam rangka mendorong pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, khususnya protein hewani, kami berharap kerjasama semua pihak berupaya mencegah penyakit hewan menular," demikian I Putu Tangkas Wiratawan.

Baca juga: Cegah wabah PMK, pasar hewan-RPH di Lombok Tengah disidak bersama

Baca juga: 392 ekor sapi di Kabupaten Magetan terjangkit PMK

Baca juga: 2.816 hewan ternak berkuku belah di Jabar tertular PMK

Baca juga: Kementan: Perketat budi daya ternak dengan biosecurity guna cegah PMK