Jakarta (ANTARA) - Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada Selasa (31/5) bahwa lembaganya berupaya keras membangun "jalur solidaritas" memfasilitasi ekspor makanan dari Ukraina, khususnya lebih dari 20 juta ton biji-bijian yang tertahan di negara tersebut.

"Ini tidak gampang, dan tentu saja, lebih melelahkan dan ongkosnya mahal, tetapi kita perlu mengeluarkan gandum tersebut," kata Ursula di akhir pertemuan luar biasa para pemimpin UE yang berlangsung selama dua hari.

Awal bulan Mei lalu, Komisi Eropa mengusulkan untuk membangun apa yang disebut "jalur solidaritas" baru untuk memastikan bahwa Ukraina dapat mengekspor dan mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya, mulai dari bantuan kemanusiaan hingga pakan ternak dan pupuk, setelah sejumlah pelabuhan di Ukraina diblokir akibat konflik Rusia-Ukraina.
Para pemimpin UE meminta Rusia untuk mencabut blokade pelabuhan Laut Hitam Ukraina dan mengizinkan ekspor makanan. (Xinhua)


"Kami meminta semua mitra untuk tidak membatasi perdagangan produk pertanian. Segala jenis pembatasan perdagangan sama sekali tidak diterima di negara-negara anggota kami atau secara global," katanya.

Selama pertemuan tersebut, para pemimpin UE juga mencapai kesepakatan tentang larangan 90 persen impor minyak Rusia ke UE pada akhir tahun.

Von der Leyen berbicara tentang bagaimana UE mencari "pemasok yang lebih andal" untuk gas, seraya mencatat bahwa pengiriman gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dari bagian lain dunia selain Rusia naik dua kali lipat pada kuartal pertama (Q1) 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.
Penyimpanan gas di seluruh UE mencapai 41 persen dari kapasitas, atau lima poin persentase lebih tinggi dari tahun lalu sehingga UE disebut harus melakukan "investasi berskala besar dalam energi terbarukan. (Xinhua)