Beijing (ANTARA News/AFP) - China, Rabu mengatakan pihaknya menentang sanksi-sanksi "sepihak" terhadap Iran, setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama menandatangani undang-undang tindakan baru yang ditujukan pada bank sentral republik Islam itu.

Tindakan Washington itu dilakukan setelah AS, Inggris dan Kanada November lalu mengatakan mereka akan memberlakukan sanksi-sanksi tambahan pada Iran dengan alasan Teheran terbukti sedang berusaha membuat senjata-senjata nuklir.

Teheran membantah tuduhan-tuduhan itu dan mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan-tujuan medis dan pembangkit tenaga listrik,dan China berulang-ulang mengatakan sanksi-sanksi tidak akan menyelesaikan masalah itu.

"China menentang menempatkan undang-undang domestik di atas hukum internasional dan memberlakukan sanksi-sanksi sepihak terhadap negara-negara lain," kata juru bicara kementerian luar negeri Hong Lei menjawab satu pertanyaan tentang sanksi-sanksi terhadap Iran itu.

China dan Teheran menjadi mitra-mitra ekonomi penting dalam tahun-tahun belakangan ini,sebagian karena pengunduran diri perusahaan-perusahaan Barat sesuai dengan sanksi-sanksi terhadap Teheran.

Pada Juli tahun lalu, kedua negara menandatangani sejumlah perjanjian senilai empat miliar dolar AS bagi proyek-proyek dalam sektor-sektor prasarana air, pertambangan,energi dan industri.

Hong mengakui bahwa China saling tukar pikiran "yang terbuka dan transparan dalam bidang-bidang ekonomi dan enerji dengan Iran."

"Interaksi-interaksi ini tidak melanggar resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB dan tidak akan mengganggu kepentingan-kepentingan pihak ketiga," katanya. "Karena tu interaksi-interaksi ini seharusnya tidak memiliki dampak."

Sanksi-sanksi baru AS -- yang ditandatangani menjadi undang-undang akhir pekan lalu-- bertujan untuk menekan lebih jauh jauh pendapatan minyak Iran, karena sebagian brsar dari dana-dana itu dikelola oleh bank sentral negara itu.

Berdasarkan tindakan-tindakan itu,perusahaan-perusahaan asing harus memilih antara berbisnis dengan Republik Islam itu atau dengan Amerika Serikat.

Para pemimpin Iran dan para pejabat militer Iran memperingatkan bahwa sanksi-sanksi seperti itu mendorong mereka untuk menutup Selat Hormuz yang strategis pintu masuk ke Teluk, di mana 20 persen minyak dunia dikirim melalui jalur itu.

Pada November, Inggris mengatakan pihaknya menghentikan kontak antara sistem keuangannya dan Iran, sementara Kanada mengumumkan sanksi-sanksi baru menyangkut sebagian besar transaksi dengan Teheran.

Pada saat itu, AS mengumumkan sanksi-sanksi terhadap sektor energi Iran dan memperingatkan perusahaan-perusahaan untuk tidak berhubungan dengan sektor keuangan Republik Islam itu.

Tetapi China dan Rusia-- dua sekutu utama Iran-- sering berusaha bersikap lebih lunak terhadap Iran ketimbang para anggota Dewan Keamanan lainnya.

(Uu.H-RN/B002)