Jakarta (ANTARA) - Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia telah menyetujui pembiayaan sebesar 224 juta dolar AS atau sekitar Rp3,13 triliun untuk Indonesia Mass Transit (MASTRAN) Project guna membantu peningkatan mobilitas urban dan aksesibilitas di kota-kota kunci.

Program bantuan ini nantinya juga bertujuan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan terkait pengembangan sistem angkutan massal di Indonesia.

"Proyek ini akan memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia dan meningkatkan keahlian teknis yang diperlukan untuk merencanakan dan mengoperasikan sistem transportasi perkotaan," kata Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen dalam pernyataan di Jakarta, Rabu.

Ia memaparkan proyek ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi transportasi bagi penduduk perkotaan yang sedang berkembang pesat dan menyediakan alternatif mobilitas masyarakat, selain menggunakan mobil dan sepeda motor.

"Hampir 60 persen PDB Indonesia berasal dari perkotaan, menjadikan mobilitas di wilayah ini sangat penting bagi daya saing perekonomian," katanya.

Oleh karena itu, nantinya proyek ini akan fokus untuk membiayai sistem angkutan cepat bus atau Bus Rapid Transit (BRT) di wilayah metropolitan Medan, Sumatera Utara, dan Bandung, Jawa Barat, yang terpilih sebagai kota percontohan berdasarkan kesiapan dan kelayakan.

"Dengan meningkatkan kualitas transportasi publik, masyarakat akan memiliki pilihan, selain sepeda motor dan mobil sekaligus mengendalikan tingkat polusi dan kemacetan," kata Kahkonen.

Bandung Raya adalah aglomerasi perkotaan terbesar ketiga di Indonesia dan Kota Bandung menduduki peringkat kedua terpadat dari 38 kota di Indonesia, menurut studi Bank Dunia baru-baru ini.

Di Provinsi Sumatera Utara, kawasan Mebidang, yang meliputi Medan, Kota Binjai, dan Kabupaten Deli Serdang, merupakan kawasan metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa, dan daerah metropolitan terbesar keempat di Indonesia. Dalam studi Bank Dunia, wilayah ini menempati peringkat ketiga paling padat.

Keberhasilan proyek akan dievaluasi berdasarkan pengurangan waktu perjalanan bagi pengguna transportasi umum, peningkatan jumlah pengguna, kepuasan yang lebih tinggi mengenai keselamatan dan keamanan, dan persentase pekerja perempuan yang lebih tinggi yang bekerja dalam sistem operasi Bus Rapid Transit (BRT).

Proyek ini juga dimaksudkan mendukung pembentukan lembaga nasional dan daerah yang mampu merencanakan, mengembangkan, dan mengelola sistem angkutan massal di Indonesia.

Selain itu, proyek ini siap memfasilitasi pengurangan emisi gas rumah kaca melalui upaya seperti peralihan ke kendaraan yang lebih hemat bahan bakar, peralihan dari moda pribadi ke angkutan umum, pengurangan kemacetan, elektrifikasi armada BRT, dan dampak pembangunan berorientasi transit dalam jangka panjang.

Selain dukungan dari Bank Dunia, proyek akan menerima pendanaan dari pemerintah Indonesia, Agence française de développement (AFD), dan sektor swasta, yang menjadikan total pendanaan sebesar 364 juta dolar AS.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada acara Gerakan Angkutan Umum Nasional (GNKAU) mengingatkan pentingnya untuk mewujudkan sistem transportasi massal di perkotaan melalui dukungan dari pemerintah daerah.

"Dengan partisipasi aktif dan kerja sama pemerintah daerah, kita akan mewujudkan sistem transportasi massal perkotaan yang ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk mendorong mobilitas masyarakat dan akses terhadap-kemungkinan baru yang sesuai dengan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) melalui pelaksanaan proyek MASTRAN," katanya.

Baca juga: Menhub bahas pengembangan angkutan massal di Sumut
Baca juga: Jakarta ubah orientasi transportasi utamakan angkutan umum massal
Baca juga: Presiden Bank Dunia sebut perang di Ukraina dapat picu resesi global