Houston (ANTARA) - Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah laporan bahwa beberapa negara produsen sedang menjajaki gagasan untuk menangguhkan partisipasi Rusia dalam kesepakatan produksi OPEC+.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus, kontrak yang paling aktif diperdagangkan, turun 2,0 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi di 115,60 dolar AS per barel, setelah naik menjadi 120,80 dolar AS pada hari sebelumnya. Kontrak bulan Juli, yang berakhir pada Selasa (31/5/2022), ditutup naik 1,17 dolar AS atau 1,0 persen, menjadi 122,84 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni merosot 40 sen atau 0,4 persen menjadi 114,67 dolar AS per barel, turun dari penutupan Jumat (27/5/2022). Pada awal sesi, WTI telah menyentuh 119,98 dolar AS, tertinggi sejak 9 Maret. Tidak ada penyelesaian pada hari libur Memorial Day AS pada Senin (30/5/2022).

Meskipun tidak ada dorongan formal bagi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memompa lebih banyak minyak guna menebus potensi kekurangan Rusia, beberapa anggota Teluk telah mulai merencanakan peningkatan produksi dalam beberapa bulan ke depan, Wall Street Journal melaporkan, mengutip delegasi OPEC.

“Penangguhan Rusia dari OPEC plus bisa menjadi cikal bakal Arab Saudi dan Uni Emirat Arab memanfaatkan kapasitas produksi cadangan mereka, karena mereka akan merasa tidak lagi memiliki kesepakatan kuota produksi yang perlu mengakui kepentingan Rusia,” kata Andrew Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston.

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah melepas rekor pengurangan produksi sejak pandemi COVID-19 terjadi pada tahun 2020. Berdasarkan kesepakatan yang dicapai pada Juli 2021, kelompok itu menetapkan untuk meningkatkan target produksi sebesar 432.000. barel per hari setiap bulan sampai akhir September.

Namun, produksi minyak mentah Rusia pada April turun hampir 9,0 persen dari bulan sebelumnya, menurut laporan internal OPEC+ bulan ini.

Meskipun ada pembalikan arah di akhir sesi, kedua harga acuan berakhir lebih tinggi pada Mei, menandai kenaikan enam bulan berturut-turut. Mereka telah meningkat lebih dari 70 persen selama periode tersebut.

Premi kontrak Brent pemuatan Agustus selama enam bulan mencapai tertinggi sembilan minggu di dekat 15 dolar AS per barel, menunjukkan ketatnya pasokan saat ini.

Harga didukung di sebagian besar sesi setelah Uni Eropa menyetujui larangan parsial dan bertahap pada minyak Rusia, China memutuskan untuk mencabut beberapa pembatasan COVID-19 dan musim mengemudi musim panas AS dimulai.

Para pemimpin Uni Eropa pada prinsipnya sepakat untuk memotong 90 persen impor minyak dari Rusia, sanksi terberat blok itu terhadap Moskow sejak invasi ke Ukraina tiga bulan lalu.

Setelah sepenuhnya diadopsi, sanksi terhadap minyak mentah akan bertahap dalam lebih dari enam bulan dan pada produk olahan selama delapan bulan. Embargo membebaskan minyak pipa dari Rusia sebagai konsesi ke Hongaria.

Produksi minyak mentah AS naik pada Maret lebih dari 3,0 persen menjadi 11,7 juta barel per hari, tertinggi sejak November, menurut pemerintah. Namun, produksi lambat untuk pulih dari dampak pandemi virus corona dan masih jauh di bawah rekor tertinggi 12,3 juta barel per hari pada 2019.

Harga minyak mendapat dukungan lebih lanjut ketika Shanghai mengumumkan berakhirnya penguncian COVID-19, dan akan memungkinkan orang-orang di kota terbesar China itu untuk meninggalkan rumah mereka dan mengendarai mobil mereka mulai Rabu.

Harga bensin eceran AS juga menyentuh rekor rata-rata nasional 4,622 dolar AS per galon, menurut data harga gas AAA saat akhir pekan Memorial Day menandai awal resmi musim mengemudi musim panas.
Baca juga: Harga minyak perpanjang kenaikan, dipicu UE pangkas impor minyak Rusia
Baca juga: Minyak naik di Asia setelah UE larang sebagian besar impor dari Rusia