Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa sore kembali bergerak melemah seiring dengan mata uang Asia lainnya, ketika pelaku pasar masih khawatir terhadap krisis utang di Eropa.
Mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta, Selasa sore, ke posisi 9.110 atau turun 40 poin dibanding sebelumnya 9.070 per dolar AS.
"Sentimen pasar uang masih dari Eropa yang tengah menangani penyelesaian krisis utangnya. Dari dalam negeri sendiri tidak ada sentimen negatif bagi rupiah," kata analis Milenium Danatama Sekuritas Abidin di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, mata uang dunia kemungkinan masih akan tetap berada di bawah tekanan krisis utang Eropa pada 2012, kondisi itu mendorong pelaku pasar menempatkan dananya ke tempat aset "safe haven".
"Kondisi Eropa yang belum pulih dan tidak dapat diprediksi, aset `safe haven` menjadi tujuan utama pelaku pasar, salah satunya mata uang dolar AS," ucap dia.
Ia menambahkan, negara Italia yang merupakan perekonomian terbesar ke tiga di negara kawasan euro, saat ini menjadi fokus pelaku pasar keuangan.
"Besarnya kebutuhan pendanaan Italia berpotensi memaksa negara itu mencari dana talangan internasional. Sementara `yield` obligasi 10 tahun Italia masih di kisaran tujuh persen, hal itu dinilai cukup mengkhawatirkan," kata dia.
Ia mengatakan, saat ini Italia membutuhkan dana sebesar 450 miliar melalui pasar obligasi untuk mencukupi kebutuhan finansialnya.
Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada menambahkan, pelaku pasar uang masih dicemaskan oleh "outlook" Eropa pada 2012 yang diperkirakan kesulitan dalam pendanaan perbankan.
"Di sisi lain, kuatnya permintaan dolar AS pada saat ini memicu nilai tukar rupiah bergerak melemah," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Selasa (3/1) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah ke posisi 9.160 dibanding sebelumnya di posisi 9.125.
(KR-ZMF/R010)
Rupiah Selasa sore kembali melemah
3 Januari 2012 18:21 WIB
Mata uang Rupiah. (FOTO ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012
Tags: