Jakarta (ANTARA) - Rangkaian kegiatan puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) pada April 2022, untuk pertama kalinya dilakukan simulasi evakuasi ternak di daerah bencana.

HKB 2022 sendiri dipusatkan di empat kabupaten sekitar Gunung Merapi, yakni Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY) dan Boyolali, Klaten dan Magelang (Jawa Tengah).

Untuk HKB diperingati setiap 26 April sejak tahun 2017.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto di sela-sela kegiatan HKB 2022 itu menyatakan kesiapan penanggulangan bencana di Indonesia sudah semakin meningkat dalam penyelamatan manusia.

Namun, meski diakui bahwa dalam berbagai insiden bencana, proses evakuasi manusia sering terkendala karena peternak enggan untuk melakukan evakuasi jika harus meninggalkan hewan ternak mereka yang merupakan aset berharga dalam kehidupan.

Hal ini dapat meningkatkan risiko korban jiwa maupun kerugian ekonomi, sehingga pemerintah perlu menyusun strategi khusus untuk menanggulanginya.

BNPB mencatat terdapat kematian sebanyak 2.800 ternak sapi pada letusan Gunung Merapi pada 2010 dengan 332 korban jiwa pada manusia.

Sekitar 12,4 persen dari total kerugian ekonomi sebesar Rp4,23 triliun merupakan kerugian usaha kecil dan menengah masyarakat, termasuk di bidang pertanian dan peternakan.

Setidaknya terdapat 156 letusan gunung api di seluruh Indonesia pada periode 2010-2020 atau rata-rata 15 kali letusan dalam setahun.

Karena itu, kata Suharyanto ​​​​​​, Pemerintah mengintegrasikan evakuasi ternak sebagai elemen baru dan penting dalam upaya penanggulangan bencana, khususnya di wilayah gunung berapi.

Evakuasi ternak sangat erat kaitannya dengan upaya penyelamatan manusia.

Ternak merupakan aset kehidupan yang berharga bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, sehingga menyiapkan rute evakuasi ternak secara khusus dapat mengurangi korban jiwa maupun kerugian ekonomi.
Warga sekitar Gunung Merapi berlatih mengevakuasi diri dari letusan gunung api bersama ternak peliharaan. FOTO ANTARA/HO-FAO/Gayatri Kancana/2022


Baca juga: Ratusan ternak di daerah rawan erupsi Merapi Sleman belum diungsikan

Pedoman penanganan

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Dirjen PKH Kementan, Nasrullah menyatakan bahwa pihaknya mendukung upaya integrasi evakuasi ternak pada penanggulangan bencana.

Pihaknya menyadari bahwa Indonesia memiliki risiko bencana tinggi terkait gunung berapi.

Hal tersebut berkaitan dengan lebih dari sebanyak 1,2 juta populasi penduduk di Indonesia tinggal di sekitar wilayah gunung berapi dan bermata pencaharian di bidang pertanian dan peternakan, khususnya peternak keluarga berskala kecil.

Untuk itu, Nasrullah menekankan bahwa hewan ternak juga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan apabila terdapat bencana.

Saat ini Kementan bersama BNPB dan pemerintah daerah sedang menyusun pedoman penanganan ternak pada bencana gunung berapi yang di dalamnya termasuk pengaturan evakuasi ternak dan rencana kontingensi.

Dengan adanya pedoman penanganan evakuasi ternak nantinya diharapkan dapat melengkapi pedoman evakuasi pada manusia, sehingga masyarakat memperoleh jaminan keselamatan pada saat terjadi bencana. Baik bagi penduduk dan hewan ternaknya sebagai sumber mata pencaharian utama bagi keluarga di perdesaan.

Pedoman evakuasi ternak ini bertujuan mengurangi risiko kematian dan terlukanya hewan ternak akibat bencana gunung api. Pedoman itu di dalamnya tidak hanya soal angkutan untuk memindahkan ternak tetapi juga diperlukan tempat penampungan ternak yang mampu memenuhi kebutuhan ternak seperti air, pakan dan sanitasi kandang.

Baca juga: BNPB percepat evakuasi ternak pengungsi Gunung Agung

Panduan evakuasi

Menurut Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan, Syamsul Ma'arif mengemukakan bahwa proses evakuasi ternak sejatinya mesti memerhatikan kaidah kesejahteraan hewan, agar ternak yang dievakuasi selamat sampai tempat penampungan.

Untuk itu, diperlukan panduan bagi petugas atau peternak pada saat melakukan evakuasi. Diperlukan standar operasional prosedur (SOP) Evakuasi Ternak yang dapat digunakan sebagai panduan bagi petugas dan peternak di lapangan agar proses evakuasi dapat dilakukan dengan baik.

Sementara itu Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal menyatakan pihaknya mempunyai komitmen sama dalam hal dimaksud.

Ia menyatakan FAO bekerja sama erat dengan BNPB dan Kementerian Pertanian berusaha melindungi para peternak dan petani dari kerugian akibat bencana gunung api.

FAO siap memberikan berbagai dukungan teknis yang dibutuhkan sesuai pedoman Sendai Framework'

Sendai Framework yakni panduan global untuk mengurangi risiko bencana, guna melakukan studi, menyusun pedoman penanganan ternak termasuk evakuasi ternak, peningkatan kapasitas, rencana penanggulangan yang menghasilkan simulasi evakuasi saat ini.

Baca juga: ProFauna kirim tim penyelamat ternak korban Kelud

Contoh Untuk Dunia

Sebagai Presiden G20 serta tuan rumah Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang diselenggarakan di Bali, FAO menilai, upaya penanggulangan bencana di Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia.

Dengan kondisi geografis di antara "cincin api" yang rawan bencana dan besarnya jumlah populasi, pengalaman yang baik dari Indonesia dapat menjadi contoh praktis bagi dunia.

Sejak tahun 2006, FAO dengan dukungan pendanaan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam mencegah dan merespon bencana.

Respons itu, baik bencana alam maupun non-alam seperti wabah penyakit, yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat serta kestabilan rantai pertanian dan pangan yang berujung pada kerugian ekonomi.

Risiko bencana, dalam perkembangannya kini fokus perhatiannya tidak lagi pada bagaimana mengurangi korban pada manusia.

Karena, sejatinya hewan ternak sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, khususnya di kawasan rawan bencana, juga membutuhkan perlindungan untuk keselamatan.

Maka, dengan mengintegrasikan evakuasi ternak sebagai elemen baru dan penting dalam upaya penanggulangan bencana adalah sebuah keniscayaan.

Baca juga: Marinir Evakuasi Ternak Milik Pengungsi Merapi