Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia mengikuti Wall Street sedikit menguat di awal perdagangan Senin, sementara dolar AS terjepit di dekat posisi terendah lima minggu karena investor bertaruh pada kemungkinan perlambatan dalam pengetatan moneter AS, meskipun setelah kenaikan tajam suku bunga pada Juni dan Juli.

Sentimen negatif mereda setelah muncul berita bahwa otoritas Shanghai akan membatalkan banyak persyaratan bagi bisnis untuk memulai kembali operasi mereka mulai Rabu (1/6/2022), mengurangi penguncian di seluruh kota yang dimulai dua bulan lalu.

Liburan Memorial Day di Amerika Serikat dapat membuat sesi perdagangan tipis menjelang akhir bulan dan indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,3 persen ke level tertinggi tiga minggu.

Indeks Nikkei Jepang menguat 1,3 persen dan Korea Selatan naik 0,9 persen. Indeks Nasdaq berjangka menambahkan 0,4 persen, setelah melonjak 6,8 persen minggu lalu, sementara S&P 500 berjangka menguat 0,3 persen, setelah reli 6,6 persen minggu lalu di minggu terbaik mereka sejauh tahun ini.

Investor telah menangkap petunjuk Federal Reserve, setelah berencana menaikkan suku bunga secara agresif selama dua bulan ke depan, mungkin akan memperlambat pengetatannya.

"Harapan, naif atau tidak, untuk jeda dalam siklus pengetatan Fed pada awal September terus bergema," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di NAB. "Pasar uang telah mengurangi perkiraan mereka untuk kenaikan suku bunga Fed tambahan pada akhir 2022 dari 193 basis poin menjadi 180 basis poin."

"Meskipun ini masih menyiratkan kenaikan suku bunga pada setiap pertemuan Fed yang tersisa tahun 2022, termasuk kenaikan 50 basis poin pada Juni dan Juli dan setidaknya 25 basis poin pada masing-masing dari tiga sisanya."

Peluang Fed yang kurang hawkish sudah cukup untuk melihat obligasi pemerintah AS rebound, dengan imbal hasil 10-tahun sedikit di atas level terendah enam minggu di 2,74 persen. Itu turun dari puncak 3,203 persen pada 9 Mei.

Suasana pasar yang lebih stabil telah melihat mata uang safe-haven dolar dan yen menurun, sementara euro didorong oleh komentar hawkish dari pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) yang telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada awal Juli.

"Data ekonomi AS tampaknya melambat, pejabat ECB memperdebatkan kenaikan suku bunga awal yang lebih cepat, dan perbedaan suku bunga di muka sudah mulai menguntungkan euro," kata analis Goldman Sachs, Zach Pandl.

"Perlambatan tajam dalam ekonomi AS - jika tidak diimbangi dengan kelemahan serupa di Eropa - dapat menghasilkan rebound euro yang berarti, meskipun kebalikannya juga benar jika data AS bertahan lebih baik dari yang diharapkan," tambah Pandl. "Kami melihat risiko penurunan terhadap pertumbuhan AS, dan telah merekomendasikan opsi jual dolar/yen untuk mengekspresikan pandangan ini."

Itu menggarisbawahi pentingnya data utama AS minggu ini yang mencakup survei manufaktur ISM pada Rabu (1/6/2022) dan laporan penggajian Mei pada Jumat (3/6/2022).

Angka penggajian (payrolls) diperkirakan akan naik menjadi 320.000 yang solid, meskipun itu akan turun dari April, dengan pengangguran di 3,5 persen.

Euro bertahan di 1,0732 dolar AS pada Senin pagi , setelah naik 1,6 persen minggu lalu ke level 1,0764 dolar AS. Indeks dolar AS berdiri di 101,68, setelah turun 1,3 persen minggu lalu untuk mencapai level terendah lima minggu di 101,43.

Dolar lebih stabil terhadap yen di 127,25, setelah menemukan dukungan kuat di sekitar 126,37 dalam seminggu terakhir.

Mundurnya dolar membantu emas dari posisi terendah baru-baru ini dan logam mulia tersebut diperdagangkan di 1.850 dolar AS per ounce.

Harga minyak telah didukung oleh ekspektasi untuk permintaan yang lebih kuat karena musim mengemudi AS sedang berlangsung, dan ketika negara-negara Eropa bernegosiasi mengenai apakah akan memberlakukan larangan langsung pada minyak mentah Rusia.

Uni Eropa pada Minggu (29/5/2022) gagal menyepakati embargo minyak Rusia, tetapi para diplomat masih akan mencoba untuk membuat kemajuan menjelang pertemuan puncak Senin-Selasa.

Brent bertambah 43 sen menjadi diperdagangkan di 119,86 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 54 sen menjadi diperdagangkan di 115,61 dolar AS per per barel.


Baca juga: Pasar saham global menuju kenaikan mingguan pertama dalam 8 pekan
Baca juga: Saham Asia perpanjang kenaikan, kekhawatiran kenaikan Fed mereda
Baca juga: Pasar saham Asia tertahan karena ekuitas berjangka AS mundur