Jakarta (ANTARA) - Limbah puntung rokok sulit terdegradasi secara alami dan ketika bocor ke lingkungan dapat menghasilkan mikroplastik yang berpotensi masuk ke tubuh manusia, kata peneliti Eka Chlara Budiarti dari Ecological Oberservation and Wetlands Conservation (ECOTON).

"Limbah rokok yang mencemari lingkungan itu tidak dapat didaur ulang dan bahkan sulit terdegradasi di alam. Mungkin 30 tahun terurai menjadi (partikel) kecil tapi ternyata tidak bisa dilihat kasat mata," kata Chlara dalam diskusi tentang dampak lingkungan industri tembakau, diikuti virtual dari Jakarta, Jumat.

Merujuk pada penelitian di Spanyol pada 2021, dia menjelaskan bahwa satu filter rokok dapat menghasilkan 15.600 helai fiber.

Dengan sebagian besar limbah rokok tidak tertangani dan bocor ke lingkungan dapat menyebabkan satu puntung rokok melepaskan 100 partikel mikrofiber per hari.

Selain dari puntungnya, elemen degradasi mikroplastik dapat dihasilkan dari bagian lain produk rokok termasuk kertas rokok dan plastik kemasan yang bisa mencemari lingkungan.

Baca juga: Peneliti: Puntung rokok berkontribusi dalam temuan sampah di pesisir
Baca juga: WHO Indonesia ingatkan rokok berdampak terhadap lingkungan

Tidak hanya lewat lingkungan yang tercemar, mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara langsung. Dalam kasus rokok, mikroplastik yang berasal dari rokok dapat masuk ke tubuh manusia lewat saluran pernapasan dan mengendap di alveolus paru-paru.

Mikroplastik dari rokok juga bisa masuk lewat saluran pencernaan yang berawal dari kerongkongan.

"Tujuh puluh lima persen sampah atau puntung rokok itu tidak terkelola dengan baik atau tercecer di lingkungan ini yang bisa membuat dampak yang terjadi cukup serius di lingkungan," tuturnya.

Baca juga: Lentera Anak: Rokok elektrik bukan produk ramah lingkungan
Baca juga: Lentera Anak: Selain bahaya kesehatan rokok berdampak bagi lingkungan

Secara fisik, sampah puntung rokok bisa menyumbat saluran drainase atau pipa industri. Ketika masuk dalam perairan, puntung yang terdegradasi itu menghasilkan mikroplastik yang bisa termakan oleh biota perairan, termasuk yang sering dikonsumsi oleh manusia seperti ikan dan kerang.

Tidak hanya mengganggu rantai makanan, siklus hidrologi air juga terpengaruh karena ketika menguap mikroplastik itu akan berikatan dengan molekul air.

Dia mengatakan bahwa sempat dilaporkan oleh Greenpeace ketika sumber air diuji terbukti mengandung mikroplastik di dalamnya.

"Ini menandakan ketika sumber air sudah terkontaminasi berarti ada yang bermasalah, karena sumber air biasanya jauh dari aktivitas manusia, industri. Berarti kembali lagi siklus hidrologi dipengaruhi pencemaran, termasuk mikroplastik yang berawal salah satunya dari puntung rokok," jelas Chlara.

Baca juga: Hindari merokok untuk jaga kesehatan mulut selama puasa
Baca juga: BPOM: Kendalikan tembakau lewat simplifikasi cukai dan larangan rokok

Baca juga: LPA Indonesia dukung pemerintah daerah kampanyekan KTR