Jakarta (ANTARA) - Emiten agribisnis PT Teladan Prima Agro Tbk meraup laba bersih pada kuartal I-2022 sebesar Rp295,6 miliar, naik 488,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp50,25 miliar.

Laba bersih emiten berkode saham TLDN itu ditopang oleh pendapatan pada kuartal I-2022 yang mencapai Rp836,36 miliar, naik 43,9 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp531,37 miliar.

Direktur Utama PT Teladan Prima Agro Tbk Wishnu Wardhana mengatakan, peningkatan pendapatan sepanjang Januari-Maret 2022 didukung oleh meningkatnya harga jual rata-rata crude palm oil (CPO) sebesar 52,1 persen.

"Pada kuartal I-2022, kita masih menikmati fenomena komoditas "cycle super" yang mendorong naiknya harga CPO,” ujar Wishnu saat jumpa pers di Jakarta, Jumat.

Untuk realisasi kinerja operasional buah perseroan yakni produksi tandan segar (TBS) pada kuartal I-2022 mencapai 249.152 ton, produksi CPO sebanyak 56.837 ton, dan produksi inti sawit (palm kernel) sebesar 9.125 ton.

Wishnu menjelaskan, produksi perseroan yang turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu disebabkan oleh faktor iklim yakni curah hujan tinggi yang berlangsung selama Januari-Maret 2022 lebih tinggi dibandingkan Januari-Maret 2021.

Data TLDN menunjukkan rata-rata curah hujan di seluruh perkebunan TLDN sepanjang kuartal I-2022 mencapai 301 milimeter (mm), tertinggi dalam sejarah lima tahun terakhir. Sedangkan pada periode kuartal I-2021 tercatat sebesar 248 mm.

Lebih lanjut, Wishnu mengatakan TLDN akan berupaya meningkatan kinerja perusahaan melalui beberapa hal yang sedang direalisasikan saat ini.

Pertama, perseroan akan meningkatkan kapasitas pabrik kelapa sawit menjadi 335 ton TBS/jam, dari kapasitas sebelumnya 310 ton TBS/jam. Kedua, perseroan sedang dalam proses pengembangan dan pembangunan pabrik biogas plant sebagai bagian dari efisiensi energi serta proses berkelanjutan.

Selain itu, perseroan melakukan investasi pabrik palm kernel oil (PKO) yang akan menambah value added revenue. Selanjutnya, Wishnu menambahkan perseroan juga akan terus melakukan peningkatan produktivitas dan efisiensi melalui penggunaan teknologi remote sensing, data analytical produksi, dan biaya yang teritegrasi secara komprehensif.

Di dalam proses berkelanjutan, TLDN mengembangkan TLDN Green Metrics (TGM) dashboard yang terdiri 40 data sets, dan mencakup lebih dari 1.5 juta sustainability data points yang terus berkembang.

Dengan TGM, perseroan dapat memonitor, mencegah, dan melakukan continuous improvement yang pada akhirnya bisa menyeimbangkan nilai keberlanjutan dan nilai ekonomi.

"Terdapat lima kunci untuk menghadapi tantangan industri perkebunan kelapa sawit ke depan antara lain teknologi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi penggunaan struktur biaya, menjaga mata rantai logistik produksi, kapital alokasi yang efektif, serta manajemen yang berpengalaman," kata Wishnu.

Sejak 2004 hingga saat ini, TLDN telah mengelola 13 perkebunan kelapa sawit secara kolektif di provinsi Kalimantan Timur dengan total luas 60.500 hektare (Ha) area tertanam dan mengoperasikan enam pabrik kelapa sawit.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2021, pemegang saham menyetujui adanya pembagian dividen sebesar Rp79,8 miliar dari hasil laba bersih perseroan pada tahun lalu.

RUPST juga menyetujui pengunduran diri Mirza Adityaswara sebagai komisaris independen perseroan dan mengangkat Iwa Kartiwa Hudaya sebagai komisaris independen perseroan yang baru.

Adapun susunan anggota dewan komisaris dan direksi perseroan yang baru sebagai berikut:

Dewan Komisaris:
Presiden Komisaris: Indracahya Basuki
Komisaris: Widiyanti Putri
Komisaris Independen: Iwa Kartiwa Hudaya

Direksi:
Direktur Utama: Wishnu Wardhana
Direktur Perkebunan & Agronomi: Noor Falich
Direktur Logistik & Teknik: Imam Syaifullah
Direktur Keberlanjutan: Yayan H. Ginanjar
Direktur Keuangan, Akuntansi, & Pajak: Mahirudin

Baca juga: Pemerintah dorong program kemitraan "closed loop" di sektor agribisnis
Baca juga: Bungaran Saragih: Smart farming berperan dalam membangun agribisnis
Baca juga: Sistem usaha agribisnis dinilai sesuai untuk pembangunan pertanian