Ketua PGI usul Buya Syafii jadi pahlawan nasional
27 Mei 2022 15:14 WIB
Arsip foto - Presiden Joko Widodo (kanan) memberikan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama kepada Budayawan Ahmad Syafii Maarif (kiri) di Istana Negara, Jakarta, Kamis (13/8/2015). ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/nz/aa.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengusulkan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Ahmad Syafii Maarif sebagai pahlawan nasional.
"Saya memohon Presiden untuk mengajak seluruh masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan kepada beliau dan kiranya tak berlebihan bila saya juga mengusulkan agar kepada beliau, pada waktunya kelak, dianugerahi pahlawan nasional," kata Gomar Gultom melalui keterangan tertulis dari Yogyakarta, Jumat.
Gomar Gultom ikut melayat jenazah Buya Syafii ke Masjid Gede Kauman Yogyakarta.
"Saya melayat untuk memberikan penghormatan terakhir sebagai wujud kebersamaan sekaligus menyatakan turut sepenanggungan dengan keluarga Buya Maarif dan umat Islam yang cinta damai," kata Gomar.
Menurut Gomar, ketokohan, pemikiran, dan perjuangan Buya Syafii segaris dengan perjuangan gereja-gereja di Indonesia untuk mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini.
"Kita semua kehilangan Syafii Maarif, panggilan akrab 'Buya Syafii', yang bukan hanya seorang tokoh pluralis dan nasionalis, melainkan lebih merupakan guru dan bapak bangsa, yang banyak menyumbang gagasan untuk mencerdaskan bangsa," ungkap Gomar.
Gomar menyebut Buya Syafii sangat dekat dengan semua kalangan dan menjadi teladan bagi pemimpin agama di Indonesia sebagai bangsa yang besar dan menghargai kemajukan.
Apalagi, kata Gomar, kesederhanaan Buya Syafii tampak karena menolak berbagai bentuk fasilitas.
Bahkan, lanjut dia, Buya Syafii menolak tawaran pengobatan di Jakarta, baik dari Ibu Megawati maupun dari Presiden Jokowi, karena merasa lebih sreg dirawat di rumah sendiri, yaitu di RS PKU Muhammadyah Yogyakarta.
"Untuk penguburannya pun, beliau mewasiatkan untuk dikebumikan di pemakaman kalayak Muhammadyah di Kulon Progo, dan tidak di pemakaman yang dikhususkan bagi pimpinan Muhammadyah," kata Gomar.
Buya Syafii Maarif (87 tahun) meninggal dunia pada hari Jumat, 27 Mei 2022, pukul 10.15 di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta.
Ia sempat dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, karena mengalami serangan jantung ringan.
Kondisinya lalu membaik sehingga Buya Syafii diizinkan pulang ke rumah di akhir Maret 2022.
Pada tanggal 26 Maret 2022 Presiden Jokowi pun menjenguk Buya Syafii. Kala itu dan Haedar Nashir ikut mendampinginya. Namun, di pertengahan Mei 2022, Buya masuk kembali rumah sakit.
Jenazah Buya Syafii disemayamkan di Masjid Gede Kauman, Kota Yogyakarta.
Baca juga: PGI nilai Buya Syafii patut jadi teladan bagi pemimpin agama
Baca juga: Anwar Abbas kenang Buya Syafii sebagai tokoh yang tak haus kekuasaan
"Saya memohon Presiden untuk mengajak seluruh masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan kepada beliau dan kiranya tak berlebihan bila saya juga mengusulkan agar kepada beliau, pada waktunya kelak, dianugerahi pahlawan nasional," kata Gomar Gultom melalui keterangan tertulis dari Yogyakarta, Jumat.
Gomar Gultom ikut melayat jenazah Buya Syafii ke Masjid Gede Kauman Yogyakarta.
"Saya melayat untuk memberikan penghormatan terakhir sebagai wujud kebersamaan sekaligus menyatakan turut sepenanggungan dengan keluarga Buya Maarif dan umat Islam yang cinta damai," kata Gomar.
Menurut Gomar, ketokohan, pemikiran, dan perjuangan Buya Syafii segaris dengan perjuangan gereja-gereja di Indonesia untuk mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini.
"Kita semua kehilangan Syafii Maarif, panggilan akrab 'Buya Syafii', yang bukan hanya seorang tokoh pluralis dan nasionalis, melainkan lebih merupakan guru dan bapak bangsa, yang banyak menyumbang gagasan untuk mencerdaskan bangsa," ungkap Gomar.
Gomar menyebut Buya Syafii sangat dekat dengan semua kalangan dan menjadi teladan bagi pemimpin agama di Indonesia sebagai bangsa yang besar dan menghargai kemajukan.
Apalagi, kata Gomar, kesederhanaan Buya Syafii tampak karena menolak berbagai bentuk fasilitas.
Bahkan, lanjut dia, Buya Syafii menolak tawaran pengobatan di Jakarta, baik dari Ibu Megawati maupun dari Presiden Jokowi, karena merasa lebih sreg dirawat di rumah sendiri, yaitu di RS PKU Muhammadyah Yogyakarta.
"Untuk penguburannya pun, beliau mewasiatkan untuk dikebumikan di pemakaman kalayak Muhammadyah di Kulon Progo, dan tidak di pemakaman yang dikhususkan bagi pimpinan Muhammadyah," kata Gomar.
Buya Syafii Maarif (87 tahun) meninggal dunia pada hari Jumat, 27 Mei 2022, pukul 10.15 di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta.
Ia sempat dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, karena mengalami serangan jantung ringan.
Kondisinya lalu membaik sehingga Buya Syafii diizinkan pulang ke rumah di akhir Maret 2022.
Pada tanggal 26 Maret 2022 Presiden Jokowi pun menjenguk Buya Syafii. Kala itu dan Haedar Nashir ikut mendampinginya. Namun, di pertengahan Mei 2022, Buya masuk kembali rumah sakit.
Jenazah Buya Syafii disemayamkan di Masjid Gede Kauman, Kota Yogyakarta.
Baca juga: PGI nilai Buya Syafii patut jadi teladan bagi pemimpin agama
Baca juga: Anwar Abbas kenang Buya Syafii sebagai tokoh yang tak haus kekuasaan
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: