Badung. Bali (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawarti menawarkan lima rumusan untuk membangun ketangguhan holistik atau secara total, usai pandemi COVID-19, dalam Platform Global untuk Pengurangan Risiko Bencana (GPDRR) Tahun 2022.

Menurut Dwikorita dalam keterangan tertulis diterima di Badung, Bali, Jumat, untuk membangun ketangguhan secara total di level internasional, maka antarnegara tidak bisa berupaya sendiri-sendiri atau saling bersaing, melainkan harus bahu-membahu.

"Pertama, membangun sistem peringatan dini yang andal, untuk menghindari dampak dan mengurangi risiko bencana. Negara-negara terkena dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 akan jauh lebih terpuruk jika sistem peringatan dini tidak dipersiapkan dengan baik," ujar Dwikorita dalam acara The 3rd Multi Hazard Early Warning Conference di Bali, Selasa (24/5).

Kedua, terkait kebutuhan anggaran dalam penguatan maupun pembangunan sistem peringatan dini tersebut, perlu ada skema pembiayaan yang tepat dan tidak memberatkan bagi negara-negara berkembang, tertinggal dan kepulauan. Systematic Observations Financing Facilities (SOFF) yang digagas oleh organisasi meteorologi dunia (WMO) merupakan salah satu contoh fasilitas pendanaan yang berkeadilan.

Ketiga, kerja sama dan pelibatan semua elemen masyarakat mutlak diperlukan. Pemerintah, swasta, sektor media, akademisi, komunitas atau unsur pentahelix, khususnya untuk layanan hidrometeorologi, harus ditingkatkan di tingkat regional dan negara.

Menurut Dwikorita, hal ini dapat dicapai melalui komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan dan dengan menyelaraskan seluruh aktivitas dengan tujuan yang berorientasi ke pembangunan berkelanjutan.

"Partisipasi aktif dari kelima unsur tersebut menjadi kunci dalam manajemen bencana. Kolaborasi diantara kelima unsur tersebut, yaitu dengan membangun kesadaran bersama bahwa saat ini di level global, kawasan atau level negara yang tengah menghadapi ancaman multibencana," ujar dia.

Ia mengatakan dengan memiliki pemahaman yang sama antarseluruh unsur tersebut, maka berbagai upaya pencegahan, mitigasi dan strategi dalam menghadapi bencana dapat diterapkan dengan baik, sehingga bisa menekan potensi timbulnya korban atau bahkan mencapai nihil korban saat bencana terjadi.

Sementara itu, rumus keempat yang bisa dilakukan adalah dengan membangun solidaritas global untuk berbagi kapasitas dan berbagi sumber daya guna mengatasi tantangan global tersebut. Menurut Dwikorita, uluran tangan dengan semangat kemanusiaan dapat menjadi solusi untuk mencapai kualitas ketahanan total bersama, tangguh bersama, tumbuh bersama dan sejahtera bersama di dunia pascapandemi.

"Indonesia siap berkontribusi demi kepentingan global melalui pelatihan, peningkatan literasi, peningkatan kapasitas SDM, maupun pembangunan/pengembangan teknologi bersama dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara berkembang dan kepulauan," ujar dia.

Rumusan kelima adalah dengan mendorong peningkatan peran dan efektivitas kepemimpinan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional dalam memperkuat manajamen bencana, mulai dari prabencana, saat tanggap darurat, hingga masa pemulihan.

Dwikorita berharap, forum yang telah berlangsung selama tiga hari tersebut dapat segera ditindaklanjuti bersama dan berkontribusi signifikan dalam membuat dunia lebih aman, untuk generasi saat ini dan generasi berikutnya.