Laporan dari Davos
Di WEF, Chair B20 RI umpamakan kondisi ASEAN dengan lampu lalu lintas
26 Mei 2022 21:50 WIB
Suasana World Economic Forum Annual Meeting 2022 Strategic Outlook on ASEAN di Davos, Swiss, Selasa (24/5/2022). ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi.
Davos, Swiss (ANTARA) - Chair B20 Indonesia Shinta Kamdani menyampaikan pandangan mengenai tantangan yang dihadapi ASEAN dalam konteks geo ekonomi dan politik di World Economic Forum Annual Meeting 2022 Strategic Outlook on ASEAN di Davos, Swiss dengan menggunakan perumpamaan lampu lalu lintas.
“Saya menyampaikan dalam perumpamaan lampu lalu lintas,” kata Shinta dalam keterangannya di Davos, Kamis.
Shinta menjelaskan kemajuan dan pencapaian ASEAN dapat dilambangkan dengan lampu hijau yang artinya harus dilanjutkan dan dikembangkan lebih lanjut.
Kemudian, beberapa peristiwa geopolitik dan guncangan geo ekonomi memberi ASEAN lampu kuning yang memberikan tanda untuk tetap berhati-hati dengan dinamika yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sedangkan lampu merah menandakan hal-hal yang harus dihentikan.
Shinta yang juga Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri itu menyampaikan kondisi lampu hijau yang terjadi di ASEAN adalah bergerak menjadi entitas regional yang sangat menekankan pembangunan hijau.
“Upaya kawasan melalui ASEAN Climate and Energy Project dan 2050 net zero target serta Working Group on Climate Change telah merangkul lebih banyak kerja sama strategis dengan negara-negara unggulan environmental di seluruh dunia,” ujarnya.
Selain itu, ASEAN telah bekerja keras untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi intraregional. Kedua upaya tersebut pun juga terus didorong di bawah Presidensi G20 Indonesia dan B20.
Lebih lanjut, Shinta menyampaikan kondisi ASEAN yang masuk kategori lampu kuning. Pertama, negara-negara ASEAN memiliki kepentingan dan prioritas yang berbeda dan seringkali bekerja dalam arah yang berbeda dalam mengelola integrasi regional. Belum lagi kesenjangan tingkat pendapatan seperti Singapura dengan Kamboja.
Kedua, dinamika perubahan kebijakan politik dalam negeri berdampak terhadap kerjasama ekonomi kawasan.
Shinta juga mengingatkan bahwa krisis Ukraina-Rusia baru-baru ini mengingatkan untuk tidak terlalu bergantung pada barang, jasa, dan modal negara mana pun, karena dapat mempengaruhi konsumsi kawasan dan stabilitas rantai pasok.
Permasalahan yang tengah dihadapi ASEAN tersebut, lanjutnya, dibahas secara lebih luas pada B20 Indonesia dan ia percaya G20 dan B20 mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap ekonomi global.
“G20 dan B20 terdiri dari negara-negara unggulan dunia yang memberikan pengaruh signifikan terhadap ekonomi global. Saya optimistis bahwa kami dapat membawa perubahan mendasar pada momentum pemulihan ini,” ucap dia.
Baca juga: Bertemu Kadin, perusahaan Swiss di Danau Toba ingin perluas usaha
Baca juga: Kadin dan Swiss bahas penguatan kerja sama bidang energi berkelanjutan
Baca juga: Promosikan forum B20, KADIN Indonesia lakukan tur Eropa
“Saya menyampaikan dalam perumpamaan lampu lalu lintas,” kata Shinta dalam keterangannya di Davos, Kamis.
Shinta menjelaskan kemajuan dan pencapaian ASEAN dapat dilambangkan dengan lampu hijau yang artinya harus dilanjutkan dan dikembangkan lebih lanjut.
Kemudian, beberapa peristiwa geopolitik dan guncangan geo ekonomi memberi ASEAN lampu kuning yang memberikan tanda untuk tetap berhati-hati dengan dinamika yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sedangkan lampu merah menandakan hal-hal yang harus dihentikan.
Shinta yang juga Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri itu menyampaikan kondisi lampu hijau yang terjadi di ASEAN adalah bergerak menjadi entitas regional yang sangat menekankan pembangunan hijau.
“Upaya kawasan melalui ASEAN Climate and Energy Project dan 2050 net zero target serta Working Group on Climate Change telah merangkul lebih banyak kerja sama strategis dengan negara-negara unggulan environmental di seluruh dunia,” ujarnya.
Selain itu, ASEAN telah bekerja keras untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi intraregional. Kedua upaya tersebut pun juga terus didorong di bawah Presidensi G20 Indonesia dan B20.
Lebih lanjut, Shinta menyampaikan kondisi ASEAN yang masuk kategori lampu kuning. Pertama, negara-negara ASEAN memiliki kepentingan dan prioritas yang berbeda dan seringkali bekerja dalam arah yang berbeda dalam mengelola integrasi regional. Belum lagi kesenjangan tingkat pendapatan seperti Singapura dengan Kamboja.
Kedua, dinamika perubahan kebijakan politik dalam negeri berdampak terhadap kerjasama ekonomi kawasan.
Shinta juga mengingatkan bahwa krisis Ukraina-Rusia baru-baru ini mengingatkan untuk tidak terlalu bergantung pada barang, jasa, dan modal negara mana pun, karena dapat mempengaruhi konsumsi kawasan dan stabilitas rantai pasok.
Permasalahan yang tengah dihadapi ASEAN tersebut, lanjutnya, dibahas secara lebih luas pada B20 Indonesia dan ia percaya G20 dan B20 mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap ekonomi global.
“G20 dan B20 terdiri dari negara-negara unggulan dunia yang memberikan pengaruh signifikan terhadap ekonomi global. Saya optimistis bahwa kami dapat membawa perubahan mendasar pada momentum pemulihan ini,” ucap dia.
Baca juga: Bertemu Kadin, perusahaan Swiss di Danau Toba ingin perluas usaha
Baca juga: Kadin dan Swiss bahas penguatan kerja sama bidang energi berkelanjutan
Baca juga: Promosikan forum B20, KADIN Indonesia lakukan tur Eropa
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: