Bukittinggi (ANTARA) - Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi meresmikan Museum Syekh Sulaiman Arrasuli di Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis.

"Kami berharap Canduang bisa menjadi kawasan pengkaderan ulama, mengingat banyaknya murid-murid Syekh Arrasuli yang ada di Canduang. Museum yang diresmikan ini mengungkap fakta sejarah bagaimana beliau ikut dalam konstituante 1955 dan menjadi tempat persinggahan Bung Karno di masa lalu serta banyak lagi histori lainnya. Status Pahlawan Nasional layak beliau sandang," kata Mahyeldi di Canduang, Agam.

Museum itu, menurut dia, menyimpan bukti sejarah bagaimana perjuangan Arrasuli dalam pemerintahan Indonesia di masa lalu dan pengkaderan tokoh besar khususnya dari sisi keagamaan di Sumatera Barat.

"Nilai sejarahnya besar walau saat ini baru bisa digabungkan ke dalam sebuah museum yang tidak begitu besar, Insya Allah kami dan Bupati setempat akan membantu peningkatan museum," kata dia.

Ia mengatakan potensi besar daerah Canduang yang menjadi lahirnya Madrasah Tarbiyah di seluruh Indonesia harus dimaksimalkan sesuai dengan cita-cita Syekh Arrasuli.

"Alhamdulillah Tarbiyah dan Perti juga telah menyatu, kawasan Canduang harus bisa dijadikan wisata religi di Sumbar, " katanya.

Ketua Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli, Syukri Iska, mengatakan saat ini nama Syekh Sulaiman Arrasuli sudah diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, sesuai dengan jejak sejarah dari sisi agama dan pemerintahan yang dirintis.

"Saat ini dalam proses di Kemensos RI, beliau bukan hanya sebagai guru dan ulama, tapi juga sebagai politikus hebat, beliau salah satu orang yang menyemangati pertemuan Bukit Marapalam," katanya.

Museum Arrasuli menampilkan dokumentasi dan berbagai bukti sejarah dari kehidupan Ulama yang akrab dipanggil Inyiak Canduang.

Berbagai foto, buku karangan, pakaian, sorban, kamar tidur, ruang kerja dan peralatan kehidupan sehari-hari Inyiak Canduang ditata rapi oleh generasi penerus Arrasuli di dalam museum yang juga disebut Gaduang itu.

Sementara itu, Bupati Agam Andri Warman mengatakan kesiapannya untuk menyempurnakan kawasan wisata religi di Canduang.

"Kami akan koordinasikan bersama pihak terkait dan keluarga besar Syekh Arrasuli, sebisanya juga nanti akan ada pertemuan akbar seluruh alumni Tarbiyah dan murid-murid Syekh Arrasuli dari seluruh daerah," katanya.

Salah seorang tamu kehormatan dari Konsulat Nepal di Jakarta, Bally Saputra Datuk Janosati mengatakan Museum Arrasuli menjadi salah satu pendukung wisata budaya di Sumbar di masa depan.

"Seperti Bali, Minangkabau Sumbar dikenal bukan saja karena potensi alam yang indah, tapi juga budaya, museum Arrasuli dengan sejarah Islam dan Pemerintahan serta adatnya harus bisa dimaksimalkan, Generasi masa depan juga harus meneladani perjuangan Inyiak Canduang yang dikenal sebagai orang pertama anti PKI di Sumbar, momen ini tepat untuk menjadikan beliau sebagai Pahlawan Nasional," kata dia menjelaskan.

Nama Syekh Arrasuli juga telah dijadikan nama jalan di beberapa daerah di Sumatera Barat sebagai penghormatan pemerintah setempat kepada tokoh yang wafat pada 1970.

Peresmian museum juga bertepatan dengan Milad Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang ke-94 dan wisuda pelajar yang ke-82 sebanyak 150 orang.

Turut hadir dalam peresmian Museum Arrasuli dari Kapolda Sumbar, Kapolres Bukittinggi, Kepala DPD Tarbiyah Sumbar, Sufiyarma Marsidin, Kepala Kemenag Sumbar, Helmi, dan tamu lainnya.