Uskup Mandagie: kekerasan bertentangan dengan iman Kristen
25 Desember 2011 09:26 WIB
Umat Kristen menggelar prosesi misa Natal di Gereja Katolik Tritunggal Mahakudus Paroki Desa Tuka, Badung, Bali, Sabtu (24/12). Umat Kristen di kawasan itu telah mewarisi tradisi misa Natal dengan mengenakan pakaian adat Bali dan beberapa sarana layaknya Umat Hindu. (FOTO ANTARA/Nyoman Budhiana)
Ambon (ANTARA News) - Uskup Diosis Amboina Monsignor PC Mandagie, menegaskan, kekerasan yang masih terjadi di Ambon dan beberapa daerah lainnya di Maluku akhir-akhir ini, sangat bertentangan dengan iman Kristen.
"Kekerasan yang terjadi ini sangat bertentangan dengan iman Kristiani yang diajarkan Yesus Kristus dan saat ini kita semua memperingati kelahirannya sebagai Juru Selamat," kata Uskup Mandagie, saat memimpin Misa Natal di Kathedral Santo Franciskus Xaverius, Ambon, Minggu pagi.
Uskup menegaskan, berbagai kasus kekerasan yang terjadi, lahir dari kesombongan diri dan rasa ingin membalas dendam, padahal para pelakunya mungkin juga orang-orang yang mengimani Yesus Kristus sebagai Juru Selamat.
Jika kekerasan masih terus terjadi, tandas Uskup, hal itu menandakan umat Kristiani masih hidup dalam kekelaman serta mengingkari Iman kepada Kristus.
"Kelahiran Yesus Kristus juga untuk mendamaikan semua orang dan hidup dalam persaudaraan yang sejati," tegas Uskup Mandagie.
Berbagai kasus kekerasan itu pula, tambah Uskup, membuat citra Kota Ambon dan Maluku di mata masyarakat di Indonesia maupun internasional sebagai daerah yang tidak aman dan menakutkan, sehingga mereka enggan untuk berkunjung ke daerah ini.
"Ini kenyataan yang sangat menyakitkan bagi masyarakat Ambon dan Maluku pada umumnya," katanya seraya menambahkan, kelahiran Kristus yang saat ini dirayakan semua umat Kristen di dunia, menjadi jaminan untuk menghilangkan kegelisahan, ketakutan dan keputus asahan.
Sehubungan dengan itu, Uskup mengimbau umat Kristiani untuk melupakan dan meninggalkan berbagai bentuk kekerasan dan membangun komitmen untuk saling peduli dan membangun persaudaraan sejati.
"Kelahiran Kristus harus menjadi momentum bagi umat kristiani untuk berubah, bertobat dan hidup dalam keadilan, kebenaran dan perdamaian serta membangun persaudaraan sejati antara umat Kristiani dengan umat beragama lainnya," katanya.
Uskup juga mengutip pesan damai Paus Benediktus XVII yang disampaikan di hadapan kelompok perwakilan pekerja di Roma, pekan lalu, bahwa Natal tidak sekedar membeli dan membagikan hadiah atau kemewahan, tetapi harus disyukuri dan memperbaharui iman.
"Saatnya natal menjadi momentum untuk pembaharuan iman umat Kristiani untuk saling mengasihi dan peduli antarsesama," tandasnya. (ANT)
"Kekerasan yang terjadi ini sangat bertentangan dengan iman Kristiani yang diajarkan Yesus Kristus dan saat ini kita semua memperingati kelahirannya sebagai Juru Selamat," kata Uskup Mandagie, saat memimpin Misa Natal di Kathedral Santo Franciskus Xaverius, Ambon, Minggu pagi.
Uskup menegaskan, berbagai kasus kekerasan yang terjadi, lahir dari kesombongan diri dan rasa ingin membalas dendam, padahal para pelakunya mungkin juga orang-orang yang mengimani Yesus Kristus sebagai Juru Selamat.
Jika kekerasan masih terus terjadi, tandas Uskup, hal itu menandakan umat Kristiani masih hidup dalam kekelaman serta mengingkari Iman kepada Kristus.
"Kelahiran Yesus Kristus juga untuk mendamaikan semua orang dan hidup dalam persaudaraan yang sejati," tegas Uskup Mandagie.
Berbagai kasus kekerasan itu pula, tambah Uskup, membuat citra Kota Ambon dan Maluku di mata masyarakat di Indonesia maupun internasional sebagai daerah yang tidak aman dan menakutkan, sehingga mereka enggan untuk berkunjung ke daerah ini.
"Ini kenyataan yang sangat menyakitkan bagi masyarakat Ambon dan Maluku pada umumnya," katanya seraya menambahkan, kelahiran Kristus yang saat ini dirayakan semua umat Kristen di dunia, menjadi jaminan untuk menghilangkan kegelisahan, ketakutan dan keputus asahan.
Sehubungan dengan itu, Uskup mengimbau umat Kristiani untuk melupakan dan meninggalkan berbagai bentuk kekerasan dan membangun komitmen untuk saling peduli dan membangun persaudaraan sejati.
"Kelahiran Kristus harus menjadi momentum bagi umat kristiani untuk berubah, bertobat dan hidup dalam keadilan, kebenaran dan perdamaian serta membangun persaudaraan sejati antara umat Kristiani dengan umat beragama lainnya," katanya.
Uskup juga mengutip pesan damai Paus Benediktus XVII yang disampaikan di hadapan kelompok perwakilan pekerja di Roma, pekan lalu, bahwa Natal tidak sekedar membeli dan membagikan hadiah atau kemewahan, tetapi harus disyukuri dan memperbaharui iman.
"Saatnya natal menjadi momentum untuk pembaharuan iman umat Kristiani untuk saling mengasihi dan peduli antarsesama," tandasnya. (ANT)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: