Davos, Swiss (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan langkah konkret Indonesia dalam mewujudkan proses transisi energi yang adil dan terjangkau pada sesi workshop dalam rangkaian pertemuan World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 di Davos, Swiss.

“Indonesia berkomitmen mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap demi keamanan iklim di masa depan,” kata Menko Airlangga dalam keterangannya di Davos, Rabu.

Komitmen tersebut, lanjutnya, terwujud dalam berbagai langkah konkret dan inovatif di antaranya platform SDG Indonesia One yang telah mencapai 3,2 miliar dolar AS dalam waktu kurang dari 4 tahun, penerbitan Sukuk Hijau, dan rencana mekanisme penerapan carbon pricing untuk mobilisasi peralihan energi di sektor swasta.

Selain itu, Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia juga mempunyai program Energy Transition Mechanism(ETM) dengan Asian Development Bank dan secara kolektif mengurangi emisi gas CO2 sebesar 200 juta ton per tahun secara bersama dengan Filipina dan Vietnam.

Airlangga juga menjelaskan bahwa Indonesia mengambil bagian dalam mencapai phase down batu bara. Untuk itu, ia kembali mengingatkan tugas penting generasi ini untuk mewariskan planet yang layak huni bagi generasi mendatang. Perlu dilakukan transformasi pada gaya hidup manusia, terutama di sektor energi yang mewakili 72 persen dari total emisi global.

“Untuk mengatasi dilema ini, kita harus menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih baik dan lebih ramah lingkungan, serta berinvestasi dalam pelatihan dan reskilling pekerja. Hanya dengan begitu, transisi energi ini dapat disebut adil,” ucapnya.

Adapun transisi energi yang adil dan terjangkau menuju ekonomi hijau dapat menghasilkan hingga 26 triliun dolar AS dalam net benefits dan 65 juta pekerjaan bernilai tinggi pada tahun 2030.

Namun, dibutuhkan biaya besar untuk mencapainya. Misalnya, dibutuhkan sekitar 25 miliar dolar AS untuk menurunkan 5,5 gigawatt pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia secara bertahap atau setara dengan seperempat dari pendanaan iklim tahunan yang dijanjikan oleh negara maju kepada negara berkembang.

Menanggapi hal itu, Airlangga menegaskan pentingnya negara-negara maju untuk memenuhi komitmen dalam penyediaan dana guna mendukung transisi energi global setiap tahunnya.