Jakarta (ANTARA) - United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia mendorong generasi milenial memulai investasi dengan cara yang bijak dan cerdas, sehingga dapat mempercepat pencapaian agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs).

Head of Communication UNDP Indonesia Tomi Soetjipto dalam rilis #SDGTalks: Smart Investment for Smarter Generation, bekerja sama dengan Katadata di Jakarta, Selasa, mengatakan tren investasi saat ini telah mencapai perubahan mendasar karena semua orang dapat memilih dan memutuskan instrumen mereka dengan cara yang paling nyaman.

"Melalui berbagai aplikasi investasi misalnya, semua orang dapat menginvestasikan uang mereka dalam hitungan detik," katanya.

Namun demikian, lanjutnya, perubahan tersebut tidak dibarengi dengan literasi keuangan tentang bagaimana memilih dengan bijak berdasarkan kredibilitas instrumen keuangan.

Lebih jauh lagi, ia juga menekankan pentingnya apakah investasi keuangan tersebut aman serta bermanfaat bagi masyarakat luas juga belum diketahui banyak pihak.

Menurut Tomi, Pemerintah Indonesia saat ini telah mengeluarkan berbagai instrumen keuangan yang melibatkan pembiayaan oleh publik, seperti SDGs Bond hingga Green Sukuk.

Instrumen keuangan tersebut, dikatakannya lebih aman dan bermanfaat karena dapat berkontribusi untuk negara, yakni digunakan untuk pembangunan berkelanjutan atau proyek-proyek yang ramah lingkungan.

"Banyak sekali duit anak muda hilang dengan mudahnya melalui skema investasi yang tidak aman. Sayang sekali, karena kemudahan investasi itu juga mudah juga hilangnya. Jadi, kita bicara bagaimana menarik investasi anak muda itu ke proyek-proyek pembangunan Indonesia," kata Tomi.

National Project Manager, Assist UNDP Indonesia Nila Murti menambahkan pihaknya sejak lama telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mendorong generasi muda berinvestasi dengan cara bijak dan cerdas, salah satunya dengan mendukung Kementerian Keuangan menerbitkan green sukuk, yang pada 2018 dikeluarkan pemerintah.

Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan juga mengungkapkan sejak penerbitan green sukuk atau sukuk hijau mulai 2018 sampai 2020, berhasil mengurangi emisi 10,3 juta ton setara karbon dioksida.

Menurut dia, investor milenial yang mulai berinvestasi pada surat berharga negara (SBN) ini dapat membantu perekonomian agar pembiayaan pembangunan juga dapat lebih mandiri.

"Kalau teman-teman banyak yang bertanya kenapa pemerintah utang terus, karena kita harapkan adanya semakin besar kontribusi dari investor domestik. Kenapa kita sasar generasi muda? Karena harapannya milenial dari yang masih SMA atau kuliah, atau kerja, setelah mengetahui manfaat investasi, harapannya ke depan Indonesia bisa mendapat sumber pembiayaan jangka panjang dari domestik, tanpa tergantung dari investor asing. Jadi kita punya kemandirian dari sisi pembangunan," ujarnya.

Deni menuturkan catatan pihaknya menunjukkan bahwa ada 40 persen generasi milenial telah menjadi investor ritel domestik di Indonesia. Bahkan, ada sekitar satu persen dari generasi Z, yakni siswa SMA, juga sudah mulai untuk berinvestasi.

Baca juga: BNI manfaatkan teknologi digital untuk targetkan investor milenial
Baca juga: Investasi emas, instrumen paling aman untuk milenial dan gen z
Baca juga: Perencana keuangan sarankan milenial kenali risiko sebelum investasi