Baghdad (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki hari Rabu mendesak pihak berwenang di wilayah otonomi Kurdi menyerahkan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi, yang diburu atas tuduhan memiliki pasukan pembunuh.
"Kami mendesak pemerintah wilayah Kurdi melaksanakan tanggung jawabnya dan menyerahkan Hashemi ke sistem peradilan," kata Maliki pada jumpa pers di Baghdad. "Kami tidak menerima campur tangan dalam pengadilan Irak," katanya, seperti dilaporkan AFP.
Maliki juga menolak seruan Hashemi agar perwakilan Liga Arab
mengamati penyelidikan dan interogasi. "Ini adalah sebuah kasus
kriminal, dan tidak perlu Liga Arab dan dunia berperan dalam hal ini,"
katanya kepada wartawan.
Pernyataannya itu disampaikan ketika pemerintah Irak memperingati
tahun pertama pergolakan. Hashemi menolak tuduhan bahwa ia memiliki
pasukan pembunuh, sementara AS mendesak semua pihak tenang dalam
perselisihan yang telah meningkatkan ketegangan sektarian itu.
Para pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi
Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada Senin (19/12) setelah mereka
memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel
Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang
diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden
tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.
Surat perintah penangkapan itu ditandatangani oleh lima hakim, kata Daham.
Seorang pejabat pengadilan yang tidak bersedia disebutkan namanya
mengkonfirmasi penerbitan surat perintah penangkapan itu. Komite lima
hakim sebelumnya melarang Hashemi meninggalkan Irak.
Berita mengenai surat penangkapan itu tersiar ketika televisi
pemerintah Al-Iraqiya menayangkan gambar yang menunjukkan
pengawal-pengawal Hashemi yang mengakui merencanakan dan melancarkan
serangan-serangan teror dan menerima dana dan dukungan dari wakil
presiden itu.
Sedikitnya 13 pengawal Hashemi, seorang Sunni, ditangkap dalam
beberapa pekan terakhir, namun tidak jelas berapa orang yang kini
ditahan.
Presiden wilayah otonomi Kurdi Irak Massud Barzani sebelumnya
menyerukan perundingan darurat untuk mencegah runtuhnya pemerintah
persatuan nasional, dengan memperingatkan bahwa "keadaan sedang mengarah
ke krisis yang dalam".
Kantor Hashemi mengeluhkan gangguan keamanan yang disengaja
seperti blokade terhadap rumahnya selama beberapa pekan, serta
kejadian-kejadian lain, dan mengatakan, hanya tiga orang yang ditangkap.
Perkembangan terakhir itu terjadi setelah blok Iraqiya kubu
Hashemi dan Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak menyatakan Sabtu
bahwa mereka memboikot parlemen untuk memprotes monopoli kekuasaan oleh
Perdana Menteri Nuri al-Maliki.
Minggu, Maliki mendesak Mutlak dipecat dan anggota-anggota
parlemen akan mempertimbangkan permintaannya itu pada 3 Januari, kata
seorang pejabat parlemen. (M014)
PM Irak desak Kurdi serahkan wakil presiden buronan
21 Desember 2011 23:42 WIB
PM Irak Nuri al-Maliki (FOTO ANTARA/REUTERS/Kim Jae-hwan)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Tags: