Jakarta (ANTARA News) - Manajemen baru PT Askrindo (Persero) berhasil meraih capaian signifikan dalam bilangan waktu bulan. Mereka mempertegas komitmen memajukan bisnisnya dengan sejumlah "jurus", di antaranya menguatkan prosedur standar operasi dan meninggikan kompetensi SDM, serta menggandeng institusi pengawas keuangan serta penilai lain.

Hal itu menjadi benang merah diskusi antara mereka dengan jurnalis, di Jakarta, Rabu siang. Diskusi itu juga menggandeng Perusahaan Umum LKBN ANTARA, dengan Direktur Utama LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf, menjadi moderator.

Tidak kurang Direktur Utama PT Askrindo (Persero), Antonius C Napitupulu, Direktur Keuangan, Investasi, dan Teknologi Informasi PT Askrindo, T Widya Kuntarto, serta Direktur Teknik dan Operasi PT Askrindo, Didiet S Pamungkas, yang menyatakan kiat-kiat itu. Ketiga pucuk pimpinan PT Askrindo (Persero) itu menempati posisi puncak masing-masing sejak Agustus 2011 lalu.

Menurut Napitupulu, pendapatan terbesar perusahaan asuransi perkreditan satu-satunya di Indonesia itu berasal dari asuransi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang pada 2011 dicadangkan pemerintah sebanyak Rp52 triliun melalui bank-bank penyalur.

"Ada mekanisme kehati-hatian yang kami kedepankan dengan komposisi pertanggungan 70 persen pada kami dan 30 persen pada bank penyalur," katanya. Ini yang terus menerus dikomunikasikan dengan bank-bank penyalur KUR agar potensi kerugian bisa ditekan seminimal mungkin.

Kunci pertama "jurus" PT Askrindo itu terletak di sini. "Sejak awal proses penyaluran KUR itu kami kawal bersama dengan bank penyalur. Intinya, bagaimana mengelola resiko sebaik mungkin karena biar bagaimanapun klaim itu pasti ada," kata Napitupulu.

Pada awal-awal KUR ditetapkan pemerintah melalui instruksi presiden, katanya, bank-bank penyalur belum memiliki pengalaman tentang mekanisme pengelolaan dan resiko yang bisa timbul.

Pada masa 2007-2009 itu juga memberi dampak negatif bagi PT Askrindo, yang mencatatkan kerugian dari sisi beban underwriting dibanding pendapatan underwriting berturutan Rp79 miliar/Rp54 miliar, Rp294miliar/Rp107 miliar, dan Rp350 miliar/Rp125 miliar.

Angka perolehan itu berubah pada 2011 yang diperkirakan menjadi Rp242 miliar/Rp267 miliar. Jadi ada peningkatan sangat signifikan hingga 142 persen ketimbang periode lalu.

"Untuk 2012, kami sangat optimistis bisa mencapai Rp261 miliar pada sisi beban underwriting dan Rp363 untuk pendapatan underwriting. Pada 2016, pendapatan itu sampai Rp500 miliar," kata Kuntarto.

2011 memang belum berakhir namun fakta menyatakan keuntungan PT Askrindo sebelum dipotong pajak hingga pertengahan Desember ini adalah Rp96 miliar. Dalam tabel kinerja perusahaan yang dikeluarkan, angka itu diproyeksikan pada posisi Rp101 miliar.

Dalam bisnis asuransi, katanya, pengelolaan resiko adalah kata kunci bagi keberhasilan bisnis. Di balik itu semua, ada sejumlah prosedur standar pada berbagai tingkatan pelaksanaan bisnis yang harus dipatuhi.

Walau tidak diungkap rinci, namun Kuntarto mengungkap hal itu ditekankan pada pengelolaan investasi yang sesuai dengan portofolio investasi utama. "Pada masa lalu ada kelemahan di sini dan kami sedang memperbaiki secara serius sekali," katanya. (ANT)