IPB: Konsep agromaritim 4.0 dapat optimalkan sumber daya Indonesia
23 Mei 2022 19:55 WIB
Pekerja memberi pakan pelet untuk ikan nila di Pusat Pengembangan Teknologi Pertanian, Agribusiness and Technology Park (ATP) IPB University, Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (7/6/2021). Pusat Pengembangan Teknologi Pertanian ATP IPB University tersebut menjadi bagian dari Agromaritim 4.0 dan terus mendorong masyarakat terutama petani untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi di bidang pertanian yang terus berkembang. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/wsj.
Bogor (ANTARA) - IPB University menaruh harapan bahwa konsep agromaritim 4.0 yang digagasnya dapat merespons tantangan pasca pandemi yakni mengoptimalkan sumberdaya Indonesia pada era ekonomi normal baru yang sasarannya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS) IPB University Dr Eva Anggraeni dalam PPI Webinar 3 Road to SAEGALA 2022 yang digelar oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, seperti dikutip dari dari siaran pers IPB University, di Bogor, Jawa Barat, Senin.
Menurut Eva Anggraeni, sumber daya darat dan laut di Indonesia masih perlu diberdayakan dan ditingkatkan konektivitasnya sehingga dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat nusantara.
"Pemberdayaan dan peningkatan konektivitas dapat dilakukan melalui transformasi digital yang sudah mulai terasa, tapi implementasinya di sektor inti masih relatif lama," katanya.
Doktor lulusan Humboldt Universitat Zu Berlin, Jerman tersebut menjelaskan konsep agromaritim yang disusun IPB University digunakan untuk mengembangkan roadmap penelitian dan diintegrasikan dalam kurikulum, sehingga dapat memberikan inspirasi dan mendorong pembangunan ekonomi bangsa.
Dosen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University itu melanjutkan konsep ini juga merupakan respons terhadap tiga bentuk mega disrupsi yakni perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi COVID-19.
Menurut dia, selain menjadi tantangan, mega disrupsi ini menjadi pemicu untuk memberdayakan sumberdaya dan mendorong inovasi. Oleh karena itu, peran multipihak dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan implementasinya.
Disrupsi ini semakin memperkuat dorongan untuk benar-benar harus bergerak ke arah ekonomi bersih, yakni ekonomi berkelanjutan dan mampu menyeimbangkan motivasi serta menyejahterakan.
"Di sisi lain, harus tetap menjaga lingkungan, yang tujuan akhirnya meningkatkan well being manusia,” katanya.
Eva menjelaskan, agromaritim 4.0 melibatkan sektor-sektor inti sebagai fokus pembangunan berkelanjutan. Desa dijadikan sebagai pusat pertumbuhan baru berbasiskan keunggulan lokal.
"Ekonomi digital digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan akses sumberdaya," katanya.
Menurut dia, konektivitas ini yang dicoba dibangun pada tahun 2018 dan konsep ini memiliki relevansi yang sangat kuat dengan kondisi Indonesia saat ini di mana inovasi harus dikembangkan, dan IPB University memiliki mandat di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika, sehingga kami merasa tertantang dan bertanggung jawab mengembangkan konsep agromaritim 4.0.
Konsep yang dibangun IPB University, kata dia, mengintegrasikan pengelolaan wilayah darat dan laut secara inklusif yang melibatkan sistem sosial, ekonomi, dan ekologi kompleks.
Konsep tersebut juga membutuhkan pendekatan transdisiplin, terpadu, dan partisipatif. Konsep ini terus disuarakan agar dapat diimplementasikan dalam skala nasional dan mewarnai kebijakan nasional.
Baca juga: Wapres mendorong pengembangan inovasi agromaritim 4.0
Baca juga: Menteri: Ekonomi biru acuan utama buat laut RI berkelanjutan
Baca juga: KKP-NORAD kerja sama kembangkan neraca sumber daya laut
Hal tersebut disampaikan Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS) IPB University Dr Eva Anggraeni dalam PPI Webinar 3 Road to SAEGALA 2022 yang digelar oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, seperti dikutip dari dari siaran pers IPB University, di Bogor, Jawa Barat, Senin.
Menurut Eva Anggraeni, sumber daya darat dan laut di Indonesia masih perlu diberdayakan dan ditingkatkan konektivitasnya sehingga dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat nusantara.
"Pemberdayaan dan peningkatan konektivitas dapat dilakukan melalui transformasi digital yang sudah mulai terasa, tapi implementasinya di sektor inti masih relatif lama," katanya.
Doktor lulusan Humboldt Universitat Zu Berlin, Jerman tersebut menjelaskan konsep agromaritim yang disusun IPB University digunakan untuk mengembangkan roadmap penelitian dan diintegrasikan dalam kurikulum, sehingga dapat memberikan inspirasi dan mendorong pembangunan ekonomi bangsa.
Dosen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University itu melanjutkan konsep ini juga merupakan respons terhadap tiga bentuk mega disrupsi yakni perubahan iklim, revolusi industri 4.0, dan pandemi COVID-19.
Menurut dia, selain menjadi tantangan, mega disrupsi ini menjadi pemicu untuk memberdayakan sumberdaya dan mendorong inovasi. Oleh karena itu, peran multipihak dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan implementasinya.
Disrupsi ini semakin memperkuat dorongan untuk benar-benar harus bergerak ke arah ekonomi bersih, yakni ekonomi berkelanjutan dan mampu menyeimbangkan motivasi serta menyejahterakan.
"Di sisi lain, harus tetap menjaga lingkungan, yang tujuan akhirnya meningkatkan well being manusia,” katanya.
Eva menjelaskan, agromaritim 4.0 melibatkan sektor-sektor inti sebagai fokus pembangunan berkelanjutan. Desa dijadikan sebagai pusat pertumbuhan baru berbasiskan keunggulan lokal.
"Ekonomi digital digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan akses sumberdaya," katanya.
Menurut dia, konektivitas ini yang dicoba dibangun pada tahun 2018 dan konsep ini memiliki relevansi yang sangat kuat dengan kondisi Indonesia saat ini di mana inovasi harus dikembangkan, dan IPB University memiliki mandat di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika, sehingga kami merasa tertantang dan bertanggung jawab mengembangkan konsep agromaritim 4.0.
Konsep yang dibangun IPB University, kata dia, mengintegrasikan pengelolaan wilayah darat dan laut secara inklusif yang melibatkan sistem sosial, ekonomi, dan ekologi kompleks.
Konsep tersebut juga membutuhkan pendekatan transdisiplin, terpadu, dan partisipatif. Konsep ini terus disuarakan agar dapat diimplementasikan dalam skala nasional dan mewarnai kebijakan nasional.
Baca juga: Wapres mendorong pengembangan inovasi agromaritim 4.0
Baca juga: Menteri: Ekonomi biru acuan utama buat laut RI berkelanjutan
Baca juga: KKP-NORAD kerja sama kembangkan neraca sumber daya laut
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: