Kelangkaan obat di Sri Lanka berisiko sebabkan kematian
23 Mei 2022 19:36 WIB
Aparat keamanan berdiri di atas kapal kargo yang membawa pasokan beras, susu dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan dari India, di tengah krisis ekonomi Sri Lanka, di sebuah pelabuhan di Kolombo, Sri Lanka, 22 Mei 2022. (ANTARA/Reuters/Adnan Abidi/as)
Kolombo (ANTARA) - Kelangkaan obat-obatan yang dipicu oleh krisis ekonomi di Sri Lanka bisa menimbulkan kematian dalam waktu dekat, saat rumah sakit terpaksa menunda upaya menyelamatkan pasien lantaran tidak adanya obat yang diperlukan.
Sri Lanka mengimpor lebih dari 80 persen pasokan medis mereka, tetapi karena cadangan devisa habis akibat krisis, stok obat-obatan kosong dan sistem layanan kesehatan hampir ambruk.
Di rumah sakit kanker Apeksha yang berkapasitas 950 tempat tidur di pinggiran ibu kota Kolombo, pasien dan dokter putus asa menghadapi kelangkaan medis. Akibatnya, mereka menunda pemeriksaan dan prosedur seperti operasi kritis.
"(Kondisi) ini sangat buruk bagi pasien kanker," kata Dr Roshan Amaratunga.
"Terkadang, di pagi hari kami merencanakan beberapa operasi (namun) kami mungkin tidak bisa melakukannya pada hari itu ... lantaran tidak ada (pasokan)," katanya menambahkan.
Jika situasinya tidak segera membaik, sejumlah pasien akan menghadapi kematian, kata Amaratunga.
Sri Lanka sedang bergelut dengan krisis ekonomi terparah sejak merdeka pada 1948. Pandemi COVID-19 telah membuat ekonomi negara itu babak belur, memicu kenaikan harga minyak, pemotongan pajak dan larangan impor pupuk kimia yang menghancurkan sektor pertanian.
Saman Rathnayake, pejabat pengadaan pasokan medis, mengatakan sekitar 180 jenis obat-obatan habis, termasuk suntikan untuk pasien cuci darah, obat-obatan khusus untuk pasien transplantasi dan kanker.
Ia mengatakan bahwa India, Jepang dan sejumlah donor lainnya sedang membantu menyediakan pasokan, namun butuh waktu sampai empat bulan sebelum pasokan itu tiba di Sri Lanka.
Sri Lanka memohon para donor swasta dari dalam dan luar negeri untuk ikut membantu, kata dia.
'Ketakutan Luar Biasa'
Para dokter mengaku mereka lebih khawatir daripada pasien dan kerabat mereka, sebab mereka tahu gentingnya kondisi dan konsekuensinya.
Merujuk pada antrean bensin dan gas elpiji, juru bicara Asosiasi Petugas Medis Pemerintah Dr Vasan Ratnasingam mengatakan konsekuensi bagi orang-orang yang menantikan pengobatan jauh lebih mengerikan.
"Jika para pasien mengantre obat, mereka akan kehilangan nyawa," kata Ratnasingam.
Ibu dari Binuli Bimsara, pasien anak berusia 4 tahun yang mengidap leukimia, mengaku ia bersama sang suami merasa takut.
"Semula, kami punya asa sebab kami mendapatkan obat. Namun, kini hidup kami dibayangi ketakutan yang luar biasa," kata sang ibu.
"Kami sungguh tak berdaya, masa depan kami benar-benar suram ketika mendengar kelangkaan obat. Kami tak mempunyai uang banyak untuk membawa anak kami berobat ke luar negeri."
Otoritas India mengirim 25 ton pasokan medis bersama bantuan lain pada Minggu, kata pejabat.
"India belum pernah membantu negara lain sebanyak ini ... Ini sesuatu yang sangat kami syukuri," kata Menteri Luar Negeri Sri Lanka G.L. Peiris di pelabuhan Kolombo saat berdiri di dekat kapal pengangkut ribuan karung pasokan.
"Mungkin ini masa paling sulit yang dihadapi Sri Lanka sejak merdeka."
Sumber: Reuters
Baca juga: Kekurangan pangan perburuk kesengsaraan Sri Lanka
Baca juga: PM baru akan bentuk kabinet, Sri Lanka cabut jam malam
Baca juga: Krisis memburuk, klan penguasa Sri Lanka berjuang pertahankan hidup
Sri Lanka mengimpor lebih dari 80 persen pasokan medis mereka, tetapi karena cadangan devisa habis akibat krisis, stok obat-obatan kosong dan sistem layanan kesehatan hampir ambruk.
Di rumah sakit kanker Apeksha yang berkapasitas 950 tempat tidur di pinggiran ibu kota Kolombo, pasien dan dokter putus asa menghadapi kelangkaan medis. Akibatnya, mereka menunda pemeriksaan dan prosedur seperti operasi kritis.
"(Kondisi) ini sangat buruk bagi pasien kanker," kata Dr Roshan Amaratunga.
"Terkadang, di pagi hari kami merencanakan beberapa operasi (namun) kami mungkin tidak bisa melakukannya pada hari itu ... lantaran tidak ada (pasokan)," katanya menambahkan.
Jika situasinya tidak segera membaik, sejumlah pasien akan menghadapi kematian, kata Amaratunga.
Sri Lanka sedang bergelut dengan krisis ekonomi terparah sejak merdeka pada 1948. Pandemi COVID-19 telah membuat ekonomi negara itu babak belur, memicu kenaikan harga minyak, pemotongan pajak dan larangan impor pupuk kimia yang menghancurkan sektor pertanian.
Saman Rathnayake, pejabat pengadaan pasokan medis, mengatakan sekitar 180 jenis obat-obatan habis, termasuk suntikan untuk pasien cuci darah, obat-obatan khusus untuk pasien transplantasi dan kanker.
Ia mengatakan bahwa India, Jepang dan sejumlah donor lainnya sedang membantu menyediakan pasokan, namun butuh waktu sampai empat bulan sebelum pasokan itu tiba di Sri Lanka.
Sri Lanka memohon para donor swasta dari dalam dan luar negeri untuk ikut membantu, kata dia.
'Ketakutan Luar Biasa'
Para dokter mengaku mereka lebih khawatir daripada pasien dan kerabat mereka, sebab mereka tahu gentingnya kondisi dan konsekuensinya.
Merujuk pada antrean bensin dan gas elpiji, juru bicara Asosiasi Petugas Medis Pemerintah Dr Vasan Ratnasingam mengatakan konsekuensi bagi orang-orang yang menantikan pengobatan jauh lebih mengerikan.
"Jika para pasien mengantre obat, mereka akan kehilangan nyawa," kata Ratnasingam.
Ibu dari Binuli Bimsara, pasien anak berusia 4 tahun yang mengidap leukimia, mengaku ia bersama sang suami merasa takut.
"Semula, kami punya asa sebab kami mendapatkan obat. Namun, kini hidup kami dibayangi ketakutan yang luar biasa," kata sang ibu.
"Kami sungguh tak berdaya, masa depan kami benar-benar suram ketika mendengar kelangkaan obat. Kami tak mempunyai uang banyak untuk membawa anak kami berobat ke luar negeri."
Otoritas India mengirim 25 ton pasokan medis bersama bantuan lain pada Minggu, kata pejabat.
"India belum pernah membantu negara lain sebanyak ini ... Ini sesuatu yang sangat kami syukuri," kata Menteri Luar Negeri Sri Lanka G.L. Peiris di pelabuhan Kolombo saat berdiri di dekat kapal pengangkut ribuan karung pasokan.
"Mungkin ini masa paling sulit yang dihadapi Sri Lanka sejak merdeka."
Sumber: Reuters
Baca juga: Kekurangan pangan perburuk kesengsaraan Sri Lanka
Baca juga: PM baru akan bentuk kabinet, Sri Lanka cabut jam malam
Baca juga: Krisis memburuk, klan penguasa Sri Lanka berjuang pertahankan hidup
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022
Tags: