Rubel menguat menuju ke tertinggi multi-tahun terhadap dolar dan euro
23 Mei 2022 16:29 WIB
Uang kertas rubel Rusia terlihat dengan latar belakang uang dolar Amerika Serikat pada Selasa (2/3/2021). ANTARA/Xinhua/Shi Hao/am.
Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia menguat pada perdagangan Senin, menuju kembali ke level tertinggi multi-tahun yang dicapai terhadap dolar dan euro pekan lalu, didukung oleh kontrol modal dan periode pajak akhir bulan mendatang.
Pada pukul 07.54 GMT, rubel menguat 2,5 persen terhadap dolar di 58,74, tidak jauh dari 57,0750, level terkuatnya sejak akhir Maret 2018, yang dicapai pada Jumat (20/5/2022).
Mata uang Rusia itu telah terangkat 2,3 persen untuk diperdagangkan pada 61,38 versus euro, mendekati titik terkuatnya sejak Juni 2015 di 59,02, juga dicapai pada Jumat (20/5/2022).
Rubel telah menguat sekitar 30 persen terhadap dolar tahun ini meskipun terjadi krisis ekonomi skala penuh di Rusia, menjadikannya mata uang berkinerja terbaik di dunia, meskipun secara artifisial didukung oleh kontrol modal yang diberlakukan pada akhir Februari untuk melindungi sektor keuangan Rusia setelah mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina.
Rubel didorong oleh perusahaan-perusahaan yang berfokus pada ekspor yang diwajibkan untuk mengkonversi pendapatan mata uang asing mereka setelah sanksi Barat membekukan hampir setengah dari cadangan emas dan valas Rusia.
Tuntutan Rusia agar pembeli asing membayar gas dalam rubel juga berkontribusi pada reli rubel baru-baru ini, kata para analis pekan lalu.
Pasokan mata uang asing dari eksportir, harga minyak yang tinggi dan periode pajak akhir bulan mendatang yang biasanya mendorong perusahaan yang berfokus pada ekspor untuk mengubah pendapatan valas mereka menjadi rubel untuk memenuhi kewajiban lokal, semuanya mendukung mata uang Rusia, kata BCS Express dalam sebuah catatan. .
Harian Vedomosti melaporkan pada Senin, mengutip sebuah sumber, bahwa bank sentral telah mulai membeli mata uang asing untuk menghentikan penguatan rubel yang tidak terkendali.
Bank sentral membantah laporan itu, dengan mengatakan "informasi ini tidak sesuai dengan kenyataan."
Jika bank sentral melakukan intervensi seperti itu, efek pada nilai tukar rubel akan lebih terlihat, kata analis Promsvyazbank.
"Namun demikian, berita semacam itu dapat mempengaruhi perilaku pelaku pasar dan memicu pelemahan rubel."
Sementara itu, indeks saham Rusia beragam. Indeks RTS berdenominasi dolar naik 2,2 persen menjadi 1.277,2 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 0,4 persen menjadi 2.364,3 poin.
Baca juga: Euro menguat karena harapan pertumbuhan kurangi permintaan dolar
Baca juga: Minyak menguat di Asia didorong ketatnya pasokan dan pelemahan dolar
Baca juga: Saham Asia melemah tertekan kekhawatiran inflasi dan Covid-19 China
Pada pukul 07.54 GMT, rubel menguat 2,5 persen terhadap dolar di 58,74, tidak jauh dari 57,0750, level terkuatnya sejak akhir Maret 2018, yang dicapai pada Jumat (20/5/2022).
Mata uang Rusia itu telah terangkat 2,3 persen untuk diperdagangkan pada 61,38 versus euro, mendekati titik terkuatnya sejak Juni 2015 di 59,02, juga dicapai pada Jumat (20/5/2022).
Rubel telah menguat sekitar 30 persen terhadap dolar tahun ini meskipun terjadi krisis ekonomi skala penuh di Rusia, menjadikannya mata uang berkinerja terbaik di dunia, meskipun secara artifisial didukung oleh kontrol modal yang diberlakukan pada akhir Februari untuk melindungi sektor keuangan Rusia setelah mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina.
Rubel didorong oleh perusahaan-perusahaan yang berfokus pada ekspor yang diwajibkan untuk mengkonversi pendapatan mata uang asing mereka setelah sanksi Barat membekukan hampir setengah dari cadangan emas dan valas Rusia.
Tuntutan Rusia agar pembeli asing membayar gas dalam rubel juga berkontribusi pada reli rubel baru-baru ini, kata para analis pekan lalu.
Pasokan mata uang asing dari eksportir, harga minyak yang tinggi dan periode pajak akhir bulan mendatang yang biasanya mendorong perusahaan yang berfokus pada ekspor untuk mengubah pendapatan valas mereka menjadi rubel untuk memenuhi kewajiban lokal, semuanya mendukung mata uang Rusia, kata BCS Express dalam sebuah catatan. .
Harian Vedomosti melaporkan pada Senin, mengutip sebuah sumber, bahwa bank sentral telah mulai membeli mata uang asing untuk menghentikan penguatan rubel yang tidak terkendali.
Bank sentral membantah laporan itu, dengan mengatakan "informasi ini tidak sesuai dengan kenyataan."
Jika bank sentral melakukan intervensi seperti itu, efek pada nilai tukar rubel akan lebih terlihat, kata analis Promsvyazbank.
"Namun demikian, berita semacam itu dapat mempengaruhi perilaku pelaku pasar dan memicu pelemahan rubel."
Sementara itu, indeks saham Rusia beragam. Indeks RTS berdenominasi dolar naik 2,2 persen menjadi 1.277,2 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 0,4 persen menjadi 2.364,3 poin.
Baca juga: Euro menguat karena harapan pertumbuhan kurangi permintaan dolar
Baca juga: Minyak menguat di Asia didorong ketatnya pasokan dan pelemahan dolar
Baca juga: Saham Asia melemah tertekan kekhawatiran inflasi dan Covid-19 China
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: