Kalianda, Lampung (ANTARA News) - Petugas pemantau Gunung Anak Krakatau mengatakan, gunung tersebut masih mengeluarkan asap putih sedangkan intensitas kegempaan masih stagnan.

"Ketinggian asap masih sekitar 50 sampai 100 meter yang terkadang tampak dan terkadang tidak," kata petugas pemantau gunung itu, Andi Suardi, di pos pemantau Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu malam.

Kemudian, jumlah kegempaan masih stagnan pada hitungan 500 kali dalam sehari selama empat hari terakhir yang sebelumnya mencapai ribuan kali dalam sehari.

"Kegempaan hanya terjadi dalam beberapa satu menit sekali sedangkan sebelumnya mencapai dua sampai tiga kali dalam semenit," katanya.

Meskipun jumlah kegempaan menurun, ia mengimbau, kepada nelayan atau wisatawan untuk waspada karena peningkatan aktivitas dapat terjadi sewaktu-waktu.

"Gunung itu masih berpotensi mengeluarkan letusan dan erupsi vulkanik," katanya.

Namun, potensi letusan dan erupsi material vulkanik tersebut diperkirakan berkekuatan rendah dan hanya jatuh di sekitar badan gunung itu.

"Nelayan maupun wisatawan diharapkan tetap menjaga jarak aman minimal dua kilometer," imbaunya.

"Tidak ada aktivitas menonjol pada gunung itu dan sampai saat ini Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan statusnya masih siaga," katanya.

Ia juga mengatakan, aktivitas Anak Krakatau memang cenderung fluktuatif dan sulit diprediksikan oleh petugas, namun kemungkinan beberapa hari ke depan masih stagnan dengan kegempaan sekitar 500-an kali.

Ia menambahkan, terkadang gunung itu sulit terpantau dengan visual mata karena kabut tebal menyelimuti sepanjang hari terutama saat curah hujan tinggi di perairan Selat Sunda.
(ANT-048/Z002)