Surabaya (ANTARA) - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan bangsa Indonesia membutuhkan pengusaha baru, dan harus dicetak mulai saat ini. Jika tidak, jumlah pengusaha Indonesia akan tertinggal.

LaNyalla pada saat HUT ke-11 Kadin Institute di Graha Kadin Jatim, Sabtu mengatakan, jumlah pengusaha di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

"Melimpahnya usia produktif bisa menjadi peluang, karena dapat menggenjot pertumbuhan sekaligus pemerataan perekonomian negara. Tetapi sebaliknya, jika besarnya usia produktif tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan pekerjaan, maka hal itu justru akan berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran dan permasalahan sosial lainnya, salah satunya meningkatnya angka kemiskinan," katanya.

La Nyalla yang juga pendiri Kadin Institute pada 11 tahun lalu, mengaku, hingga kini terus berupaya kuat untuk mempercepat lahirnya pengusaha baru di Indonesia, terutama di Jawa Timur..

Baca juga: Ketua DPD dukung program "Pasporisasi" KJRI Jeddah atasi "stateless"

"Sebab, jumlah pengusaha di Indonesia masih di kisaran 3 persen dari total jumlah penduduk. Sementara Malaysia dan Thailand sudah di kisaran 4 persen. Sedangkan Singapura sudah mencapai angka 8 persen lebih," katanya, saat membuka HUT ke-11 Kadin Institute dengan tema 'Komitmen Bersama Melalui Vokasi Mewujudkan SDM Unggul dan Berdaya Saing'.

Berangkat dari fakta itu, Senator asal Jawa Timur ingin terus membuat dapur atau workshop yang menggodok kelahiran calon-calon pengusaha baru melalui Kadin Institute.

"Dalam perkembangannya, Kadin Institute menjadi salah satu pusat pengembangan dan pendidikan vokasi. Bahkan menjadi proxy bagi Kadin-Kadin Provinsi lainnya di Indonesia, selain Kadin kabupaten/kota di Jawa Timur," papar dia.

Untuk saat ini, Kadin Jatim juga telah mendirikan Rumah Kurasi untuk UMKM, agar pelaku usaha kecil di Jatim mampu untuk menghadapi ledakan populasi jumlah penduduk usia produktif.

Baca juga: Ketua DPD paparkan potensi Indonesia kepada pengusaha di Arab Saudi

Ledakan tersebut, akan mulai dirasakan di tahun 2030 nanti, hingga puncaknya di tahun 2045, tepat saat Indonesia berusia 1 abad.

"Pemerintah menyebut ledakan jumlah penduduk usia produktif tersebut dengan sebutan bonus demografi," katanya.

Ia mengingatkan agar hal tersebut dikelola dengan baik. Sebab jika tidak, bonus demografi akan menjadi sebaliknya yakni bencana demografi.