Jakarta (ANTARA) - Ketua DPR Puan Maharani mengenang pengalamannya saat reformasi pecah pada Mei 1998, dimana ketika itu Puan baru menginjak usia 20 tahun.

Sebagai pemudi yang baru lulus kuliah, Puan turut terlibat dan menyaksikan proses pelengseran Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun.

"Saat reformasi saya mengurusi dapur umum di rumah saya di Kebagusan," kata Puan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.

Dia mengatakan setiap hari banyak orang turun ke jalan dan berada di sekitar rumahnya pada saat itu.

Bahkan, dia sampai tidak bisa keluar rumah karena banyaknya orang yang ingin melengserkan kekuasaan Presiden Soeharto.

"Di depan pagar rumah saya itu terjadi. Saya masih gadis muda yang tidak bisa keluar rumah," ucapnya.

Namun, karena tetap ingin berperan dalam proses reformasi itu, Puan pun memutuskan menjadi juru masak untuk menyediakan hidangan para aktivis yang lalu lalang di depan rumahnya.

Baca juga: Pemerintah apresiasi peran Agen Perubahan reformasi birokrasi

Cucu Bung Karno itu masih ingat persis menu yang ia masak saat itu, yakni ikan, tempe, tahu, dan sayur sop.

"Saat itu masak seberapa pun banyaknya tidak cukup. Sayurnya asal cemplung. Sop yang penting airnya banyak atau sayurnya yang banyak," kenang Puan.

Tak terasa, kini sudah 24 tahun berlalu sejak peristiwa reformasi yang berhasil melengserkan Presiden Soeharto. Puan tumbuh dari gadis muda belia menjadi politikus berpengalaman. Jabatan menteri hingga Ketua DPR telah diembannya.

Politikus PDI Perjuangan itu menilai reformasi telah menjadi bagian penting; bukan hanya bagi karir politiknya, tapi juga sebagai bagian dari sejarah bangsa ini.

"Kemenangan reformasi membawa perubahan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang merdeka sesuai harapan Bung Karno, yang akhirnya membuat bangsa ini lebih maju dari sebelumnya," katanya.

Dia juga berpesan agar generasi muda bangsa Indonesia terus menjaga semangat reformasi.

Dia tak menampik saat ini masih ada sejumlah masalah yang menjadi ancaman bagi reformasi, mulai dari disintegrasi, korupsi, hingga sosial dan ekonomi.

"Namun adalah tugas kita bersama untuk menjaga api reformasi tetap menyala," ujar Puan.

Baca juga: Pengamat: Puan-Ganjar harus mengkapitalisasi peristiwa politik
Baca juga: Ketua DPR RI sebut tak ada pencapaian tanpa kerja keras