Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah merencanakan untuk membangun Rumah Budaya Indonesia di luar negeri terutama di negara-negara strategis, kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti.

"Kami akan hadir di negara-negara yang dipandang strategis dengan Rumah Budaya Indonesia, misalnya di Jepang dan Amerika Serikat," kata Wiendu Nuryanti di Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, dalam Rumah Budaya Indonesia di luar negeri bisa dijumpai ragam budaya Indonesia antara lain tari-tarian adat, termasuk buku budaya Nusantara.

"Jadi melalui Rumah Budaya Indonesia diharapkan dapat mengenalkan dan mengomunikasikan budaya Indonesia di mancanegara," katanya.

Menurut dia, pembangunan Rumah Budaya Indonesia itu merupakan bagian dari strategi diplomasi budaya.

"Negara asing selama ini telah menerapkan pembangunan diplomsi budaya yaitu contohnya sekarang banyak lembaga budaya asing yang masuk ke Indonesia. Misalnya di Yogyakarta ada Lembaga Indonesia-Prancis (LIP)," katanya.

Ia mengatakan lembaga-lembaga kebudayaan asing itu sebagai wujud kehadiran budaya asing di Indonesia. Karena itu, jika Indonesia yang merasa memiliki aneka ragam dan kaya akan berbagai jenis kebudayaan itu ingin dikenal di luar negari, harus dikomunikasikan.

"Upaya mengomunikasikan budaya Indonesia ke dunia luar harus melalui strategi diplomasi budaya di antaranya dengan membangun rumah budaya Indonesia di sejumlah negara strategis," kata Wiendu.

Menyinggung pembangunan budaya, ia mengatakan, saatnya dilakukan inovasi budaya. Misalnya, jika Candi Prambanan yang dibangun pada abad 9 sebagai jejak warisan budaya nenek moyang, generasi sekarang mestinya harus meninggalkan hasil budaya apapun kepada generasi masa datang.

"Karena itu, penting mendorong dan mendukung inovasi budaya untuk menjadi tinggalan kepada generasi mendatang," katanya.

Ia mengatakan inovasi budaya artinya bahwa pemerintah akan mendukung dan mendorong generasi muda dalam berkebudayaan . Budaya itu artinya adalah bentuk ekspresi manusia yang akan menjadi sebuah hasil karya.

"Generasi muda memang perlu didorong untuk berkebudayaan agar nantinya juga bisa meninggalkan warisan kebudayaan," katanya.

Menurut dia, pembangunan budaya harus melakukan pengembangan sumber daya manusia kebudayaan, misalnya penari, dalang, maupun sinden selama ini belum memiliki sertifikasi profesi kebudayaan.

"Jadi, mereka akan kesulitan ika akan mencari kerja di luar negeri sebab mereka tidak mempunyai

bukti kompetensi. Untuk itu, kami akan memfasilitasi mereka untuk memperoleh sertifikasi," katanya.

Ia mengatakan para pekerja budaya itu memiliki andil dalam pembangunan budaya Indonesia. Namun, keberadaan mereka tidak mesti dari sekolah formal seni budaya melainkan bisa otodidak sehingga u mereka tinggal melakukan penyesuaian jika sertifikat sudah dikeluarkan.

Sertifikat bagi pekerja budaya akan dikeluarkan pada awal 2012 untuk kondisi kompetensi mereka. Selama ini sertifiksi kompetensi pekerja budaya belum pernah ada.

"Lembaga sensor film juga harus disertifikasi karena mereka memiliki tanggung jawab dalam mempertahankan tonggak budaya Indonesia," katanya.
(U.H008/N002)