Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Luhur Taman Siswa Sri Edi Swasono menekankan negara perlu hadir di setiap kondisi masyarakat agar sikap nasionalisme dan patriotisme para pemuda bangsa Indonesia tetap terjaga dan selalu tumbuh.

“Saya tegaskan! Rasa nasionalisme dan patriotisme kita saat ini sedang luntur. Kita seharusnya menyadari semangat api dari pada Hari Kebangkitan Nasional itu harus tetap menyala,” kata Edi dalam Konferensi Pers Museum Kebangkitan Nasional yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Edi menuturkan kehadiran negara menjadi sangat penting karena semangat nasionalisme dan patriotisme pemuda bangsa Indonesia semakin luntur. Pengembangan dalam berbagai aspek kehidupan bangsa juga semakin bergerak ke arah divergensi, bukan konvergensi yang bergerak menciptakan persatuan dan koalisi nasional yang solid dan utuh.

Secara vertikal, golongan setiap masyarakat semakin terpisah. Edi menjelaskan bahwa golongan kaya dan golongan miskin sulit untuk disatukan. Ketidakadilan juga dapat semakin dirasakan berbarengan dengan terjadinya kesenjangan struktural.

Baca juga: Momentum Harkitnas, Ketua DPRD ingatkan tiga potensi Kabupaten Bogor

Baca juga: Kadinkes Kepri: Harkitnas momentum realisasikan transformasi kesehatan


“Padahal kita mengidamkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sesuai dengan sila kelima pancasila,” ujar dia.

Kecemburuan sosial juga semakin meningkat dari hari ke hari. Sedangkan secara horisontal, masyarakat semakin terkotak-kotak akibat adanya eksklusivitas identitas.

“Kita lengah lalu kurang mampu memelihara roh kebangkitan nasional untuk mencapai puncak maknanya, yaitu Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu adil dan makmur serta yang berkedaulatan rakyat menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucap Edi.

Menurutnya, sangat penting pula menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Luasnya tanah dan terbentang samudera tidak bisa lepas dari perjuangan para pahlawan bangsa.

Perjuangan para pahlawan seperti pada sidang PBB pada tahun 1982 atau yang dikenal dengan United Nations Convention On The Law of The Sea (UNCLOS), membuat wilayah negara utuh dan tidak menyisakan ruang sedikit pun.

Sebab, sebelum berjuang di sidang PBB dan melahirkan Deklarasi Juanda, batas wilayah Indonesia hanya mencapai tiga mil dari garis pantai. Akibatnya, banyak kapal dari negara lain yang mengeruk sumber daya alam Indonesia dengan semena-mena.

Setelah Deklarasi Juanda, batas wilayah Indonesia menjadi 12 mil dari garis pantai. Lewat usaha itu pula, Indonesia bisa berdiri terbentang dari Sabang sampai Merauke, sehingga negara dapat berdiri dengan sekitar 17.000 pulau di dalamnya dan memiliki sebanyak 512 suku bangsa utama yang memiliki banyak keanekaragaman budaya dan dijuluki Tanah Air karena tanah ataupun airnya yang sangat kaya dan luas.

Dengan dirayakannya Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2022, Edi berharap setiap warga negara, terutama para pemuda dapat terus melanjutkan perjuangan pendiri bangsa, agar Indonesia tetap bisa berdiri kokoh sambil mengobarkan semangat kebangkitan membangun negeri sesuai dengan nilai pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

“Bukankah kita seharusnya mampu mempertahankan kedaulatan Indonesia dengan menjaga persatuan bangsa? Mensyukuri berbhineka tunggal ika dan mentransformasikannya. Kebhinekaan kita meliputi 512 suku utama dengan keanekaragaman budaya, suku, agama dan bahasa lokal. Itu harus benar-benar terarah, kita transformasikan ke arah ketunggalikaan,” kata Edi.*

Baca juga: Sekda berharap Harkitnas jadi momentum NTB Gemilang

Baca juga: Wagub DKI: Harkitnas momentum kebangkitan dari COVID-19