New York (ANTARA) - Wall Street berakhir lebih rendah setelah sesi bergejolak pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan Cisco Systems merosot setelah memberikan prospek yang suram, sementara investor khawatir tentang inflasi dan kenaikan suku bunga.

Indeks S&P 500 merosot 0,58 persen atau 22,89 poin, mengakhiri sesi di 3.900,79 poin. Indeks Komposit Nasdaq melemah 0,26 persen atau 29,66 poin, menjadi menetap di 11.388,50 poin. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,75 persen atau 236,94 poin, menjadi ditutup di 31.253,13 poin.

Saham Cisco merosot 13,7 persen setelah pembuat peralatan jaringan itu menurunkan prospek pertumbuhan pendapatan 2022, mendapat pukulan dari keluarnya Rusia dan kekurangan komponen terkait dengan penguncian COVID-19 di China.

Apple dan pembuat chip Broadcom masing-masing turun 2,5 persen dan 4,3 persen, dan membebani Indeks S&P 500.

Baca juga: Harga emas melonjak 25,3 dolar, terangkat pelemahan "greenback"

"Kenyataannya adalah bahwa inflasi semakin panas dan suku bunga meningkat," kata Kepala Strategi Ekuitas US Bank Wealth Management, Terry Sandven, di Minneapolis, Minnesota. "Sampai Anda mendapatkan tingkat inflasi yang mulai melambat, kita akan mengalami peningkatan volatilitas, dan dalam pandangan kami terus berlanjut sepanjang sebagian besar bulan-bulan musim panas."

Twitter naik 1,2 persen setelah Bloomberg melaporkan bahwa eksekutif perusahaan mengatakan kepada staf bahwa kesepakatan senilai 44 miliar dolar AS Elon Musk berjalan seperti yang diharapkan dan mereka tidak akan menegosiasikan ulang harga.

Indeks bahan pokok konsumen S&P turun 2,0 persen ke level terendah sejak Desember karena perusahaan ritel menghadapi beban kenaikan harga yang merugikan daya beli konsumen AS.

Baca juga: Saham Asia merosot karena kekhawatiran pertumbuhan global meningkat

Kohl's Corp menjadi pengecer terbaru yang menandai pukulan dari inflasi tinggi empat dekade sehingga jaringan department store itu memangkas perkiraan laba setahun penuh. Namun, sahamnya rebound lebih dari 4,0 persen setelah merosot 11 persen di sesi sebelumnya karena hasil suram dari Target Corp.

S&P 500 turun sekitar 18 persen dari rekor penutupan pada 3 Januari karena investor menyesuaikan diri dengan inflasi yang kuat, ketidakpastian geopolitik yang berasal dari perang di Ukraina dan pengetatan kondisi keuangan dengan Federal Reserve (Fed) AS menaikkan suku bunga.

Penutupan 20 persen atau lebih di bawah rekor tertinggi Januari akan mengkonfirmasi S&P 500 telah berada di pasar bearish sejak mencapai puncak itu, menurut definisi yang banyak digunakan.

Baca juga: Harga minyak bangkit dari dari kerugian, ditopang pelemahan dolar

Ahli strategi Goldman Sachs memperkirakan peluang 35 persen bahwa ekonomi AS memasuki resesi dalam dua tahun ke depan, sementara Wells Fargo Investment Institute memperkirakan resesi ringan AS pada akhir 2022 dan awal 2023..

Indeks volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, turun menjadi 29,5 poin pada Kamis (19/5/2022), setelah mencapai level tertinggi sejak 12 Mei di awal sesi.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 12,7 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 13,4 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Dolar turun tajam, di tengah naiknya gejolak pasar keuangan global