Peluang lonjakan kasus COVID-19 pascamudik Lebaran rendah
19 Mei 2022 22:32 WIB
Tangkapan layar Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban dalam Webinar Jaga Anak dari Hepatitis Akut yang diikuti di Jakarta, Jumat (13/5/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban mengatakan peluang terjadinya lonjakan kasus COVID-19 pascamudik Lebaran pada tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena tingkat vaksinasi sudah tinggi.
"Sekarang ini yang sudah divaksinasi kan persentasenya tinggi sekali sehingga kekhawatiran itu masih ada, namun tidak besar," katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan pada masa mudik Lebaran tahun-tahun sebelumnya, jumlah masyarakat yang divaksinasi COVID-19 di Indonesia masih rendah sehingga terjadi lonjakan kasus COVID-19 pascamudik.
"Dulu pada waktu lonjakan itu, yang divaksinasi masih belum mencapai target, masih rendah sehingga terjadi lonjakan," katanya.
Zubairi menjelaskan masyarakat yang sudah divaksinasi dua kali akan memiliki risiko lebih rendah untuk tertular COVID-19 dan jika tetap tertular, tidak menimbulkan gejala yang berat.
Baca juga: Menakar lonjakan COVID-19 pasca-Lebaran 2022
Meskipun demikian, pihaknya menyoroti banyaknya masyarakat yang melaksanakan mudik Lebaran karena berpotensi menambah kasus COVID-19 dalam jumlah yang signifikan.
"Walaupun positivity rate-nya rendah banget, kurang dari tiga persen, namun yang ikut perjalanan mudik Lebaran kan banyak banget, di atas 50 juta (orang, red.) sehingga persentase yang rendah kalau kali puluhan juta (orang, red.) ya agak mengkhawatirkan," katanya.
Pihaknya mengatakan belum bisa memastikan kemungkinan terjadinya lonjakan kasus COVID-19 pascamudik Lebaran.
Dia menambahkan butuh waktu sekitar dua hingga empat pekan ke depan untuk memastikan kondisi COVID-19 di Indonesia pascamudik.
"Mungkin kita perlu menunggu dua sampai empat minggu lagi," katanya.
Baca juga: Kasus aktif COVID-19 berkurang menjadi 3.844
Baca juga: Epidemiolog: Pandemi pascamudik akan sesuai dengan hukum biologi
"Sekarang ini yang sudah divaksinasi kan persentasenya tinggi sekali sehingga kekhawatiran itu masih ada, namun tidak besar," katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan pada masa mudik Lebaran tahun-tahun sebelumnya, jumlah masyarakat yang divaksinasi COVID-19 di Indonesia masih rendah sehingga terjadi lonjakan kasus COVID-19 pascamudik.
"Dulu pada waktu lonjakan itu, yang divaksinasi masih belum mencapai target, masih rendah sehingga terjadi lonjakan," katanya.
Zubairi menjelaskan masyarakat yang sudah divaksinasi dua kali akan memiliki risiko lebih rendah untuk tertular COVID-19 dan jika tetap tertular, tidak menimbulkan gejala yang berat.
Baca juga: Menakar lonjakan COVID-19 pasca-Lebaran 2022
Meskipun demikian, pihaknya menyoroti banyaknya masyarakat yang melaksanakan mudik Lebaran karena berpotensi menambah kasus COVID-19 dalam jumlah yang signifikan.
"Walaupun positivity rate-nya rendah banget, kurang dari tiga persen, namun yang ikut perjalanan mudik Lebaran kan banyak banget, di atas 50 juta (orang, red.) sehingga persentase yang rendah kalau kali puluhan juta (orang, red.) ya agak mengkhawatirkan," katanya.
Pihaknya mengatakan belum bisa memastikan kemungkinan terjadinya lonjakan kasus COVID-19 pascamudik Lebaran.
Dia menambahkan butuh waktu sekitar dua hingga empat pekan ke depan untuk memastikan kondisi COVID-19 di Indonesia pascamudik.
"Mungkin kita perlu menunggu dua sampai empat minggu lagi," katanya.
Baca juga: Kasus aktif COVID-19 berkurang menjadi 3.844
Baca juga: Epidemiolog: Pandemi pascamudik akan sesuai dengan hukum biologi
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: