Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan cepat atau lambatnya Indonesia memasuki fase endemi tergantung dari bagaimana sikap seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19.

“Kalau ditanya kapan Indonesia bisa memasuki endemi, jawabannya adalah tergantung (sikap) kita,” kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam Talkshow Ngopi Sore bertajuk Perkembangan COVID-19 di Indonesia secara daring diikuti di Jakarta, Kamis.

Nadia menuturkan sampai dengan hari ini, Kemenkes bersama para ahli terus melakukan pemantauan terhadap sejumlah parameter atau indikator dari pandemi COVID-19 untuk dapat benar-benar meyakinkan diri bahwa Indonesia sudah masuk dalam fase endemi.

Baca juga: Menko PMK sebut Indonesia percaya diri masuk fase endemi COVID-19

Sejumlah indikator yang terus dievaluasi adalah perkembangan dari kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), laju kasus positif, tingginya angka kematian, keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR), protokol 3T (testing, tracing dan treatment) serta cakupan vaksinasi yang tinggi.

“Level PPKM harus berada pada level satu, transmisi komunitas dengan tadi angka positif yang rendah, angka kematian tidak boleh lebih dari satu per 100.000 penduduk, angka kesakitan atau orang yang dirawat di rumah sakit tidak boleh lebih dari lima per 100.000 penduduk, juga 3T dan cakupan vaksinasi yang tinggi,” ujar Nadia.

Semua indikator itu pun, harus dapat dipastikan terkendali dan terus berada pada level terendah penularan, setidaknya dalam kurun waktu enam bulan untuk memastikan pandemi terkendali.

Baca juga: Pakar: Pelonggaran bermasker perlu perhitungan skenario terburuk

Dalam periode itu, pemerintah akan mengkaji setiap pelonggaran-pelonggaran dan kesalahan yang dilakukan guna menentukan peraturan yang diterapkan di masa depan.

“Makanya kita tidak bisa menyatakan bila parameternya sudah turun, maka Indonesia masuk ke endemi. Padahal, jangan sampai tapi ya, bulan depan nanti malah terjadi peningkatan kasus yang akhirnya kita harus merefleksi lagi pelonggaran-pelonggaran yang ada,” ucap dia.

Nadia juga menambahkan ujian pertama Indonesia pada tahun ini adalah memantau terkendali atau tidaknya laju kasus setelah melakukan kegiatan mudik pada Hari Raya Idul Fitri pada awal bulan Mei 2022.

Baca juga: Satgas terbitkan dua edaran aktivitas perjalanan saat transisi endemi

Meskipun pemerintah melihat tren kasus terus terkendali, dampak dari mobilitas tinggi yang dilakukan masyarakat harus terus dipantau. Apalagi dengan masih banyak lahirnya varian baru COVID-19 seperti BA.4 dan BA.5.

“Jadi kita harus tunggu dulu bagaimana responnya sambil kita meningkatkan proteksi perlindungan pada level masyarakat dengan vaksinasi dengan mengejar target vaksinasi tadi,” kata Nadia.

Baca juga: Menkes: Indonesia sedang proses transisi menuju endemi COVID-19