Komnas Pengendalian Tembakau: Merokok salah satu penyebab hipertensi
18 Mei 2022 20:58 WIB
Tangkapan layar Ketua Bidang Edukasi Publik dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas Pengendalian Tembakau Rita Damayanti saat menyampaikan materinya dalam konferensi pers Hari Hipertensi Sedunia 2022: Pengendalian Faktor Risiko PTM untuk Indonesia Lebih Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu (18/5/2022). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Edukasi Publik dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas Pengendalian Tembakau Rita Damayanti menyampaikan bahwa merokok adalah salah satu faktor penyebab hipertensi.
"Merokok adalah salah satu faktor hipertensi dan ujungnya adalah penyakit yang mematikan, seperti serangan jantung dan stroke," ujarnya, dalam konferensi pers Hari Hipertensi Sedunia 2022: Pengendalian Faktor Risiko PTM untuk Indonesia Lebih Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Tercatat, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia 34,11 persen atau naik dari sebelumnya 25,8 persen Tahun 2013.
Oleh karena itu, ia mengatakan distribusi rokok harus dikendalikan mengingat Indonesia menjadi salah satu negara dengan persentase perokok dewasa tertinggi di dunia dan perokok anak yang terus bertambah secara signifikan.
Menurutnya, kondisi ini pada akhirnya dapat memicu komplikasi kesehatan yang lebih buruk. Kondisi itu diperburuk oleh prevalensi konsumsi rokok penduduk di atas 15 tahun di Tanah Air yang mencapai 66 persen dan prevalensi perokok pada kelompok umur 10-14 tahun yang sebesar 3,5 persen (Tobacco Atlas).
Di samping itu, lanjut dia, konsumsi rokok orang dewasa atau orang tua juga akan mempengaruhi gizi anak-anak, sehingga menyebabkan stunting (kekerdilan).
"Konsumsi rokok orang dewasa yang tinggi membuat mereka untuk membeli makanan bergizi minim, sehingga membuat stunting," ucapnya.
Untuk mencegah penyakit tidak menular, seperti hipertensi, lanjut dia, tidak ada cara lain, selain dengan menghindari faktor risikonya.
"Upaya ini tidak cukup hanya dengan promosi dan edukasi kesehatan saja, harus ada kebijakan yang secara komprehensif yang mengatur," tuturnya.
"Merokok adalah salah satu faktor hipertensi dan ujungnya adalah penyakit yang mematikan, seperti serangan jantung dan stroke," ujarnya, dalam konferensi pers Hari Hipertensi Sedunia 2022: Pengendalian Faktor Risiko PTM untuk Indonesia Lebih Sehat yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Tercatat, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia 34,11 persen atau naik dari sebelumnya 25,8 persen Tahun 2013.
Oleh karena itu, ia mengatakan distribusi rokok harus dikendalikan mengingat Indonesia menjadi salah satu negara dengan persentase perokok dewasa tertinggi di dunia dan perokok anak yang terus bertambah secara signifikan.
Menurutnya, kondisi ini pada akhirnya dapat memicu komplikasi kesehatan yang lebih buruk. Kondisi itu diperburuk oleh prevalensi konsumsi rokok penduduk di atas 15 tahun di Tanah Air yang mencapai 66 persen dan prevalensi perokok pada kelompok umur 10-14 tahun yang sebesar 3,5 persen (Tobacco Atlas).
Di samping itu, lanjut dia, konsumsi rokok orang dewasa atau orang tua juga akan mempengaruhi gizi anak-anak, sehingga menyebabkan stunting (kekerdilan).
"Konsumsi rokok orang dewasa yang tinggi membuat mereka untuk membeli makanan bergizi minim, sehingga membuat stunting," ucapnya.
Untuk mencegah penyakit tidak menular, seperti hipertensi, lanjut dia, tidak ada cara lain, selain dengan menghindari faktor risikonya.
"Upaya ini tidak cukup hanya dengan promosi dan edukasi kesehatan saja, harus ada kebijakan yang secara komprehensif yang mengatur," tuturnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022
Tags: